Connect with us

Berita

Hoax Membombardir Indonesia

Informasi hoax kian merajalela, masyarakat diharapkan untuk lebih cermat.

Published

on

AKTUALITAS.ID – Saat ini kemajuan teknologi informasi komunikasi berkembang dengan pesat. Hal tersebut tidak hanya memberikan dampak positif melainkan juga dampak negatif. Penyampaian informasi yang begitu mudah, di mana setiap orang dapat membuat informasi atau berita sendiri serta menyebarkannya dengan cepat sehingga tidak dapat difilter.

Beberapa tahun terakhir, dunia maya dibanjiri dengan informasi palsu atau yang biasa disebut hoax yang dibuat dan disebarkan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Hoax, informasi yang sebenarnya tidak ada namun dibuat seolah-olah nyata, biasanya menggunakan judul provokatif, menggiring pembaca kepada opini negatif, membuat pembaca waswas dan cemas berlebihan terhadap keadaan sekitar hingga memunculkan kesalahpahaman dan adu domba.

Menurut Alexander Boose dalam bukunya yang berjudul Museum Hoaxes, hoax pertama yang tercatat dalam sejarah adalah ramalan palsu yang dibuat oleh Isaac Bickerstaff, alias Jonathan Swift, penyiar asal Irlandia. Pada tahun 1709, Swift meramal kematian astrolog bernama John Partridge. Untuk meyakinkan publik, Swift membuat obituarium palsu tentang Partridge pada hari yang diramalkan. Akibat dari hoax tersebut Partridge menanggung malu dan akhirnya berhenti menjadi astrolog.

Di Indonesia, penyebaran hoax sudah sangat sering terjadi. Hoax menyebar di seluruh lapisan masyarakat. Penyenyebaran hoax merupakan masalah yang serius di Indonesia. Jika hal ini dibiarkan, dikhawatirkan akan memengaruhi dan membahayakan mental generasi muda. Menyadari hal tersebut, banyak aktivis yang secara proaktif mengajak masyarakat agar lebih bijak dalam menyikapi perkembangan teknologi informasi komunikasi.

Selain itu, Kementrian Komunikasi dan Informatika sudah memblokir ribuan bahkan jutaan sistus penyebar hoax dan juga mengedukasi masyarakat melalui program Mudamudigital. Mudamudigital merupakan literasi digital untuk memerangi hoax. Tujuannya untuk membentuk generasi muda Indonesia yang tidak mudah terpengaruh informasi hoax.

Pemerintah turut berupaya mengurangi penyebarakan hoax dengan membuat peraturan hukum, yakni Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Selain ketentuan hukum, pemerintah juga membentuk Badan Siber Nasional yang dapat melawan penyebaran informasi palsu mendampingi program Internet Sehat dan Trust+Positif yang beberapa tahun terakhir menjadi sensor dan pemblokiran situs yang memiliki konten negatif dan tidak sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

Semakin maraknya berita hoax membuat beberapa media sosial meluncurkan fitur-fitur untuk melawan hoax, salah satu contohnya adalah Facebook. Sejak 2016, Facebook memberkenalkan fitur “Despute” di mana fitur tersebut dapat digunakan sebagai tanda jika ada berita yang diragukan kebenarannya.

Ada beberapa alasan mengapa informasi bersifat hoax dapat menyebar dengan cepat. Dari pandangan psikologi, orang cenderung mudah percaya berita hoax apabila informasinya sesuai dengan mindset atau opini yang dimilikinya. Kurangnya pengetahuan tentang topik yang dibahas dalam berita hoax juga berpengaruh. Selain itu, kebiasaan masyarakat Indonesia yang malas membaca juga ikut andil mengapa hoax mudah menyebar. Seperti yang telah dijelakan diatas, mayoritas hoax menggunakan judul provokatif, namun biasanya judul dan isi berita tidak selaras. Tidak sedikit orang yang hanya membaca judul atau setengah dari beritanya dan langsung meneruskannya kepada orang lain, hal ini sering dijumpai di grup percakapan media sosial.

Sebagai masyarakat, kita harus ikut memerangi hoax dengan cara memberitahu orang disekitar kita apabila mereka termakan berita hoax. Namun sebelum itu, kita juga harus memulainya dari diri kita sendiri, ada beberapa tindakan sederhana yang dapat kita lakukan, yaitu biasakan membaca berita sampai tuntas agar tidak terjadi kesalahpahaman, hati-hati dengan judul provokatif, cermati alamat situs karena di Indonesia terdapat sekitar 50.000 situs yang mengklaim dirinya sebagai portal berita tapi hanya sekitar 300 situs yang terverifikasi, periksa berita tersebut apakah mengandung fakta atau opini, dan cek keaslian foto. [Adinda DO/Plimbi]

OASE

INFOGRAFIS

WARGANET

Trending