Harga Cabai di Jatim Mengalami Kenaikan


Cabai rawit

AKTUALITAS.ID – Harga cabai rawit di sejumlah daerah di Jawa Timur terus mengalami kenaikan. Di Surabaya, data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) harga cabai rawit mencapai Rp 67.400 per kilogram. Di Kota Batu, harga cabai mencapai Rp 71.250 per kilogram. Padahal, harga cabai normal hanya sekitar Rp 40 ribu hingga Rp 45 ribu.

“Di sentra produksi sendiri di produsen harga cabai bisa mencapai Rp 54.000 per kilogram saat ini,” ujar Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Jatim Tri Bagus Sasmito dikonfirmasi, Sabtu (18/1/2020).

Bagus mengungkapkan beberapa penyebab kenaikan harga cabai di wilayah Jawa Timur seperti curah hujan yang tinggi, serangan hama, hingga penundaan masa tanam. Selain itu, permintaan luar daerah meningkat, juga turut menjadi pemicu kenaikan. Banjir di Jakarta dan Banten yang menurutnya menyedot stok cabai yang cukup besar.

“Recovery banjir kemarin menyedot beberapa komoditi termasuk cabai cukup besar. Kebutuhannya lumayan tinggi. Itu juga ikut menyumbang, disampung curah hujan dan hama,” ujar Bagus.

Meski demikian, Bagus memprediksi, tingginya harga cabai rawit di Jatim tidak akan berlangsung terlalu lama. Di mana pada Februari hingga April 2020, beberapa sentra produksi cabai rawit di Jatim, seperti Kediri dan Blitar sudah masuk masa panen raya. Bagus pun berharap, tidak ada gangguan saat panen raya berlangsung, sehingga harga cabai kembali terkendali.

“Kediri mungkin bulan Februari awal ini akan panen raya sekitar 900 hektare, itu kami harapkan bisa berkontribusi untuk menurunkan harga cabai rawit,” kata Bagus.

Meski harga di pasaran masih tinggi, Bagus memastikan, stok cabai rawit di Jawa Timur masih mencukupi, meskipun sudah mulai menipis. Disperindag bersama dinas pertanian diakuinya saat ini tengah memetakan mana saja daerah yang segera panen. Bagus memprediksi, jika panen raya berjalan baik, periode Maret sampai April 2020, harga cabai rawit bakal berapa pada titik terendah.

Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa berpendapat, kelangkaan cabai di setiap awal musim hujan dikarenakan situasi alam. Ada beberapa wilayah yang terendam banjir, sehingga memengaruhi luasan panen cabai.

Dia menjelaskan, di awal musim hujan, dipastikan ada penurunan produksi cabai. Meskipun terjadi penurunan produksi, Khofifah memastikan bisa mensuplai kebutuhan cabai di Jatim dan provinsi lain.

“Dilihat luas lahan yang ditanami cabai, wilayah di Jatim sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan. Di Jatim ada 5.000 hektare lahan yang ditanami cabai. Luas tersebut jauh di atas yang dibutuhkan,” ujar Khofifah.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>