Aksi Perobekan Alquran, PM Norwegia Sebut Kebebasan Berpendapat


Perdana Menteri Norwegia, Erna Solberg, Foto: Reuters

Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg memberikan pembelaan atas aksi unjuk rasa anti-Islam akhir pekan lalu di mana Alquran disobek. Solberg menyebut aksi itu sebagai bentuk kebebasan berpendapat.

Unjuk rasa itu diadakan oleh kelompok Hentikan Islamisasi di Norwegia (SIAN) di dekat parlemen Norwegia pada Sabtu pekan lalu.

“Sangat khawatir bahwa kebebasan berbicara yang kami bela dengan kuat di Norwegia, dapat dialami secara berbeda di negara lain, atau mungkin dianggap bahwa kami tidak peduli dengan pandangan yang dimiliki SIAN, karena kami lakukan,” ucapnya dilansir dari Daily Sabah, Rabu (2/9).

Kendati begitu, sang PM bilang dia memisahkan diri atas apa yang sedang diperjuangkan oleh kelompok SIAN.

Dia berpikir sangat menyakitkan mendengar bagaimana kelompok tersebut berbicara tentang iman orang-orang yang tinggal di negara ini.

Adapun unjuk rasa telah dilakukan oleh kelompok Stop Islamization of Norway (SIAN), dekat parlemen pada Sabtu (29/8).

Seorang wanita anggota kelompok itu terlihat merobek halaman dari Alquran dan meludahinya. Di samping itu ada juga kelompok lain yang turut mengemukakan pendapat di sebelahnya.

Petugas kepolisian yang berjaga mengerahkan gas air mata dan semprotan merica sebagai bagian dari upaya untuk memisahkan kelompok-kelompok saingan, tetapi seorang pengunjuk rasa balasan berhasil menembus barisan dan menendang wanita itu.

Pernyataan Solberg ini keluar satu hari selepas pemerintah Turki mengecam aksi yang membuat kitab suci umat Islam tersebut dilecehkan.

Kementerian Luar Negeri Turki mengutuk keras tindakan tidak hormat terhadap kitab suci umat Muslim dan memperingatkan bahwa tindakan itu tidak hanya menargetkan Muslim, tapi juga aturan hukum dan demokrasi secara keseluruhan.

“Sisa-sisa Nazi ini menyusup ke masyarakat di mana mereka hidup seperti virus dan membahayakan mereka,” ujar Kementerian Luar Negeri Turki.

Mereka menambahkan melawan pola pikir seperti itu hanya mungkin dilakukan dengan tidak menyanjung para politikus populer yang menyebarkan ideologi semacam itu.

Kemlu Turki juga memperingatkan bahwa sentimen seperti itu telah meningkat khususnya di negara-negara Skandinavia dan mencatat bahwa tindakan serupa telah terjadi di Norwegia pada November lalu.