BMKG Minta Masyarakat Warga Waspada Potensi Gempa Berpotensi Tsunami Tahun 2021


Ilustrasi Gempa Bumi, (Foto: Istimewa

AKTUALITAS.ID – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat 8.264 kali gempa terjadi di Indonesia sepanjang 2020. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan tahun lalu sebanyak 11.515 kali. Merefleksikan kejadian gempa pada tahun ini, BMKG meminta masyarakat tetap harus waspada terhadap potensi bahaya gempa maupun tsunami yang menyertainya.

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyebut, tahun 2021 wilayah Indonesia masih tetap aktif gempa. Data yang dihimpunnya mencatat, rata-rata kegempaan dalam setahun terjadi 6.000 kali. Peristiwa ini menurutnya wajar karena sumber gempa di Tanah Air sangat banyak, yaitu 13 segmen megathrust dan lebih dari 295 segmen sesar aktif.

“Kita perlu mewaspadai zona seismic gap, seperti zona subduksi Mentawai, selatan Banten-Selat Sunda, selatan Bali, Lempeng Laut Maluku, Lempeng Laut Filipina dan Tunjaman Utara Papua,” ujar Daryono, Selasa (29/12/2020).

Dia menambahkan bahwa zona yang perlu diwaspadai yaitu zona sesar Lembang, segmen Aceh, segmen Matano dan Sesar Sorong. Kewaspadaan menjadi titik berat mengingat potensi bahaya yang dapat mengakibatkan jatuhnya korban masyarakat dan kerusakan infrastruktur.

Di sisi lain, Daryono menyampaikan bahwa masyarakat diharapkan selalu waspada terhadap bahaya gempa bumi karena berdasarkan catatan katalog gempa merusak tidak harus berkekuatan besar (M>6,0) tetapi gempa dangkal berkekuatan 4,0 – 5,0 dapat merusak.

“Sebagai upaya mitigasi, membangun rumah tahan gempa di daerah rawan gempa adalah solusi utama dalam mengurangi bahaya dan risiko bencana gempa bumi,” ujar dia.

Dia meminta untuk selalu mewaspadai gempa berpotensi tsunami karena berdasarkan statistik setiap dua tahun sekali di wilayah Indonesia terjadi gempa berpotensi tsunami. Daryono menambahkan bahwa pada tahun 2020 ini tidak terjadi gempa berpotensi tsunami.

“Sebagai langkah antisipasi masyarakat pesisir rawan tsunami wajib memahami konsep evakuasi mandiri.” imbuhnya.

Analisis seismitas sepanjang tahun ini, wilayah yang sangat aktif gempa yaitu wilayah Barat Aceh, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Maluku Utara dan Seram. Sedangkan gempa merusak pada 2020, BMKG mencatat 11 gempa merusak yang terjadi di Simeuleu, Seram, Sukabumi, Tapanuli Selatan, Sabang, Maluku Utara, Bengkulu, Talaud, Pangandaran, Mamuju Tengah dan Brebes-Kuningan.

Direktur Pemetaan dan Evakuasi Risiko Bencana BNPB, Abdul Muhari menyampaikan hasil riset yang dilakukan BNPB dan ITB mengenai bahaya tsunami di selatan Jawa yang menunjukkan adanya potensi gempa.

“Potensi gempa itu dapat membangkitkan tsunami di dua lokasi selatan Jawa. Dua lokasi tersebut berada di kawasan selatan Banten – Jawa Barat dan selatan Jawa Tengah – Jawa Timur,” ujar Muhari saat memaparkan hasil riset di hadapan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Provinsi Jawa Tengah (28/12).

Dalam mengantisipasi temuan ilmiah yang sudah dipublikasikan di dalam jurnal internasional Nature ini, BNPB telah mendesain upaya mitigasi yang terintegrasi, yakni rencana membangun greenbelt yang akan dilakukan dalam waktu dekat.

“Greenbelt atau sabuk hijau merupakan gugusan tanaman yang mengkombinasikan dua jenis pohon, yaitu mangrove dan pohon palaka,” ujarnya.

Muhari menjelaskan, mangrove akan ditanam di sisi menghadap ke laut. Mangrove yang akan ditanam yaitu jenis pandanus maupun jenis mangrove lainnya yang bisa tumbuh di substrat pasir.

Seperti yang diketahui, mangrove berfungsi untuk mereduksi energi tsunami. Sedangkan palaka berfungsi sebagai lapisan pelindung di sisi belakang atau sisi darat.

“Ketebalan dan formasi penanaman vegetasi itu akan diatur berbasis perhitungan ilmiah. Hal ini dilakukan agar penetrasi tsunami tidak terlalu jauh ke arah darat dan bisa meminimalisir korban maupun kerusakan di daratan,” paparnya

Kegiatan penanaman ini diupayakan akan dimulai pada awal tahun dengan berkoordinasi dengan Pemda setempat. Muhari pun menambahkan, berdasarkan hasil riset yang dilakukan BNPB, terdapat segmen yang berada di selatan Banten – Jawa Barat dengan potensi energi hingga magnitudo 8,8.

“Sedangkan segmen Jateng – Jatim berpotensi memiliki energi magnitudo 8,9 yang jika terlepas secara bersamaan akan menghasilkan potensi energi setara magnitudo 9,1,” ujarnya.

Untuk mengantisipasi potensi bencana tersebut, Muhari mengimbau daerah-daerah yang berada di dataran rendah untuk memanfaatkan sekolah atau bangunan-bangunan tinggi yang tahan gempa dan tsunami sebagai Tempat Evakuasi Sementara (TES). Sebab, beberapa daerah di dataran rendah memang belum memiliki tempat evakuasi sementara.

“Fasilitas umum seperti jembatan penyeberangan juga dapat digunakan sebagai tempat evakuasi sementara seperti yang sudah dilakukan di Jepang tapi harus didesain supaya mudah dijangkau masyarakat yang akan berlari untuk menyelamatkan diri,” tutupnya.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>