Saat Nabi Muhammad Berbicara tentang Nabi Lain


Nabi Muhammad SAW sangat menyadari ikatan iman dan hubungannya dengan para nabi lain. Setiap kali Nabi Muhammad membicarakan nabi lain, ia mengisahkannya dengan penuh kasih dan rendah hati.

Meski keutamaan Nabi Muhammad banyak disebutkan dalam Alquran, dengan rendah hati dan penuh penghargaan ia menyebutkan kelebihan yang dianugerahkan kepada nabi-nabi lain. Ibn Abbas meriwayatkan, Rasulullah pernah berbicara tentang Nabi Ibrahim AS. Ia lalu menyebutkan kelebihannya.

“Yang pertama mengenakan pakaian pada Hari Kebangkitan adalah Ibrahim.” (HR. Al-Bukhari)

Pernah seseorang berbicara dengan Nabi dan memanggilnya ‘yang terbaik dari ciptaan’, dia segera dan dengan rendah hati mengoreksinya dengan mengatakan “Itu adalah Ibrahim Alaihi Salam.” ( HR. Muslim)

Jauh dari cemburu, ia dengan bangga berbicara tentang saudaranya Nabi Sulaiman sebagai pemilik kerajaan yang luar biasa, yang tidak dimiliki atau diinginkan oleh siapa pun. Abdullah ibn Amr meriwayatkan Nabi berkata “Suleiman meminta Allah Ta’ala untuk sebuah kerajaan yang tidak akan dimiliki oleh siapa pun setelah dia, dan dia (Suleiman) diberikan itu.” (HR. An-Nasa’i).

Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah bersabda, “Baik di dunia ini dan di akhirat, saya adalah orang terdekat dari semua orang dengan Yesus, putra Maria. Para nabi adalah saudara dari pihak ayah; ibu mereka berbeda, tapi agamanya satu,“ (HR. Al-Bukhari).

Nabi Muhammad menyatakan dia mencintai dan menghargai Nabi Isa (Yesus), seperti yang didukung oleh hadits lain, sebagai Nabi yang diutus sebelum Muhammad. Lebih jauh, dia memuji Isa karena dia tidak tersentuh oleh setan ketika dia lahir seperti semua orang.

Abu Hurairah meriwayatkan Nabi Muhammad SAW berkata: “Setan menyentuh setiap anak Adam pada saat dia lahir, kecuali Maria dan putranya.” (HR. Muslim)

Tidak membandingkan dengan nabi lain

Abu Hurairah meriwayatkan seorang Muslim dan seorang Yahudi mulai berdebat dan terlibat perkelahian dan perdebatan. Seorang Muslim bersumpah, “Demi Dia yang lebih menyukai Muhammad daripada semua orang!” Orang Yahudi itu lalu bersumpah, “Demi Dia yang lebih menyukai Musa daripada semua orang!”

Muslim tersebut kemudian menampar orang Yahudi itu di wajahnya karena menganggap apa yang dikatakan orang Yahudi itu sebagai penghinaan terhadap Nabi Muhammad. Orang Yahudi itu pergi ke Rasulullah dan menceritakan tentang kejadian itu.

Nabi lantas berkata: “Jangan bilang aku lebih baik dari Musa. Semua umat manusia akan pingsan pada Hari Penghakiman dan aku akan menjadi orang pertama yang pulih untuk menemukan Musa pada saat itu akan memegang sisi Singgasana (Tuhan). Saya tidak tahu apakah dia akan pingsan dan sembuh sebelum saya, atau apakah Allah akan membuat pengecualian untuknya karena dia pernah pingsan di bumi.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain dari hadits yang sama, Nabi sangat marah; Kemarahan terlihat di wajahnya dan dia memerintahkan untuk tidak membandingkan seperti itu di antara para Nabi.

Yunus adalah saudaraku

Suatu hari, Nabi Muhammad pergi ke Kota Ta’if untuk mengajak orang-orangnya masuk Islam. Dia ditolak dengan kejam, bahkan dilempari batu oleh anak-anak.

Dia dan pelayannya berlindung di dekat kebun anggur. Pekerja kebun menawari mereka beberapa buah anggur.

Pekerja itu mendengar Muhammad mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak biasa sebelum dia akan makan. Nabi bertanya dari mana asalnya pekerja itu. Pria itu berkata, “Saya seorang Kristen dari Niniwe (utara Irak).”

Nabi dengan penuh kasih mengingat saudaranya dalam kenabian dan berkata, “Kamu berasal dari kota yang sama dengan Yunus (Yunus) putra Matta?”

Pria itu dibingungkan oleh fakta Muhammad mengenal Yunus dan bertanya “Bagaimana kamu mengenalnya?” Nabi menjawab, “Dia adalah saudaraku, Dia adalah seorang Nabi, dan saya juga seorang Nabi.” (Ar-Rahiq Al-Makhtum)

Ketika Nabi hijrah ke Madinah, dia tetap menghormati agama Kristen dan Yudaisme. Madinah menyambut delegasi Kristen beranggotakan 60 orang dari kota Najran.

Dalam suasana yang terhormat dan pantas, baik Muslim maupun Kristen berdebat dan mendiskusikan keyakinan mereka. Ketika diskusi selesai, orang-orang Kristen Najran pulang dengan damai.

Allah berfirman dalam Alquran: “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,” (QS. Al-Ma’idah: 48).

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>