Benarkah Rasulullah Wafat di Pangkuan Sayyidah Aisyah?


Dari berbagai buku sejarah yang juga dipopulerkan dengan pandangan sementara umat Islam, Rasulullah SAW dikabarkan wafat di pangkuan Sayyidah Aisyah. Dalam menengok fakta yang ada, hadits serta ijtihad ulama dapat menjadi rujukan akurat sebagai salah satu ikhtiar bagi kaum Muslim menelusuri sejarah tersebut.

Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam bukunya berjudul Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW menjelaskan, para ulama saling berbeda pendapat mengenai akurasi kabar tersebut. Ada ulama yang membenarkan Nabi meninggal di pangkuan Sayyidah Aisyah, tetapi ada juga sebagian yang tidak.

Berdasarkan sejumlah riwayat dan sumber-sumber oleh kelompok ulama Ahlussunah, para ulama golongan ini sepakat Nabi meninggal di pangkuan Sayyidah Aisyah. Namun, sebagian ulama lainnya tidak sepakat akan hal ini, termasuk juga kalangan sejarawan Islam.

Berdasarkan riwayat al-Waqidi (berdasarkan ilmu hadits, sementara ulama tidak semua setuju menerima riwayat dari al-Waqidi. Namun, tentu saja ada juga yang menerima riwayat-riwayatnya), sebagaimana dikutip oleh Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat-nya, dia meriwayatkan hadis.

Yakni, dia menceritakan bahwa Nabi SAW memanggil Sayyidina Ali dan ketika Sayyidina Ali datang, beliau memintanya mendekat. Lalu Nabi SAW bersandar kepadanya, dan Sayyidina Ali berkata: “Sampai-sampai sebagian ludah beliau mengenai diriku. Tidak lama kemudian Rasulullah terjatuh memberati pangkuanku, maka aku berteriak memanggil al-Abbas,”. Kemudian, Sayyidina Ali dan al-Abbas membaringkan Rasulullah SAW.

Menurut Prof Quraish, terdapat sekian banyak riwayat yang sejalan maknanya dengan keterangan di atas. Ada yang bentuknya singkat, ada juga yang rinci. Ini mejadikan sebagian pakar yang berusaha memberi penilaian objektif terpaksa hanya menghidangkan riwayat-riwayat tersebut tanpa menilainya atau menguatkan salah satu dari kedua informasi yang bertentangan itu.

Namun, betapa pun ulama berbeda pendapat akan hal ini, kata Prof Quraish, semua sepakat begitu Rasulullah SAW wafat, maka jasad beliau yang suci ditutup dengan kain berwarna hitam. Tentu saja, kain warna hitam itu merupakan suatu hal yang kebetulan, bukan tanda berkabung, sebagaimana warna tersebut menjadi pilihan orang saat ini.

Dijelaskan Sayyidah Aisyah dalam riwayat yang menyatakan bahwa Nabi SAW wafat di pangkuannya, mengambil bantal lalu meletakkan kepala Rasulullah SAW di bantal itu. Sambil kemudian beliau dengan suara keras menyampaikan berita duka itu kepada hadirin yang datang di sekelilingnya.

Adapun putri Nabi, Fatimah az-Zahra, begitu mendengar berita duka tentang ayahnya dari Sayyidah Aisyah, ia berkata:

Ya abatah… ajaaba Rabban da’aahu/Aduhai ayahku, Tuhan menerima doanya

Ya abatah… jannatul-firdausi ma’wa’waahu/Aduhai ayahku, surga Firdaus tempatnya

Ya abatah… ila Jibrila nan’aahu/Aduhai ayahku, kepada Jibril kami menyampaikan sungkawa

Perkataan Fatimah Azzahra di atas merupakan hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim. Kadar haditsnya sahih. Demikianlah Rasulullah SAW wafat di mana akhir pesan beliau secara utama adalah tentang sholat, dan tentunya beliau juga meninggalkan teladan mulia yang tiada terkira.

Pesan Rasulullah sebelum wafat: “As-shalatu wa maa malakat aimanukum”. Yang artinya: “Perhatikanlah sholat, demikian juga orang-orang yang kamu kuasai (wanita dan hamba sahaya)”. Dengan pesan tersebut, semoga kaum Muslim saat ini mampu meneladani sikap Rasulullah dan mampu menjalankan pesan itu dengan sekuat tenaga.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>