Sejak Pandemi Maret 2020, Praktik Cuci Tangan Meningkat Drastis


Petugas PT Kereta Api Indonesia (Persero) membagikan masker secara gratis dan cairan cuci tangan saat sosialisasi mengenai penyebaran virus corona dan upaya pencegahan penularannya di Stasiun Pasar Senen, Senin (9/3/2020). Kegiatan edukasi tersebut guna menciptakan rasa aman kepada sesama pengguna kereta api. AKTUALITAS.ID/Munzir.

AKTUALITAS.ID – Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr Reisa Broto Asmoro mengingatkan bahwa Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan perilaku sederhana namun terbukti dapat menyelamatkan banyak nyawa. Reisa mengatakan hal itu dalam rangka peringatan hari cuci tangan pakai sabun sedunia yang bertepatan pada tanggal 15 Oktober 2021.

Reisa memaparkan bahwa hal kecil melalui cuci tangan dengan sabun memiliki dampak yang signifikan bagi kesehatan. Manfaat itu mulai dari menekan angka kematian akibat diare hingga membantu mencegah penularan Covid-19.
VDO.AI

“Praktik cuci tangan meningkat drastis sejak pandemi dimulai Maret 2020 yang lalu. Meskipun tidak 100% memutus penularan virus SARS cov 2 penyebab Covid-19 tapi mampu membatasi penularan pada batas tertentu,” ujar Reisa dalam siaran langsung lawan Covid-19, Jumat (15/10/2021).

Dia menyampaikan bahwa praktik cuci tangan pakai sabun dan air mengalir selama 20 detik tentu berkontribusi signifikan. Melalui data Badan Pusat Statistik atau BPS, proporsi populasi yang memiliki kebiasaan mencuci tangan meningkat drastis setelah terjadinya pandemi.

“Wilayah kabupaten kota di Indonesia pada tahun 2018 masih di bawah 50% artinya 3 tahun yang lalu 1 dari 2 orang tidak membiasakan mencuci tangan atau tidak mencuci tangan dengan benar dan setelah pandemi dari pantauan relawan yang melaporkan pengamatan mereka dan ke dashboard UNICEF dan Kemenkes praktek cuci tangan diamati sudah naik ke rata-rata 60% populasi. Artinya sekarang 6 dari 10 orang mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan langkah yang benar,” kata dia.

Lebih lanjut Reisa memaparkan laporan hasil survei perilaku masyarakat pada masa pandemi Covid-19 yang dilakukan BPS pada periode 13 sampai 20 Juli 2021 memperlihatkan bahwa hampir 75% anggota masyarakat sudah sering cuci tangan.

“Artinya 8 dari 10 orang Indonesia membersihkan tangannya sekitar 8 sampai dengan 10 kali sehari,” kata dia.

Reisa mengatakan dampak cuci tangan yang sedang kita nikmati saat ini adalah dengan menurunnya angka kematian karena diare terutama pada balita.

“Seiring membaiknya pencegahan terhadap penyakit tersebut terutama dengan membudayakan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir selama minimal 20 detik kepada anak-anak dan keluarga mereka sayangnya diare masih salah satu pembunuh anak-anak Indonesia berusia 12 sampai dengan 59 bulan,” kata dia.

Dalam penjelasannya, dia menyampaikan pesan direktur kesehatan lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Vensya Sitohang yang mengatakan bahwa CTPS dapat menurunkan penyakit diare hingga 30% dan penyakit saluran pernapasan pada anak atau infeksi saluran pernapasan akut atau kita sering disebut sebagai ISPA hingga 20%.

“2 penyakit tersebut adalah penyebab utama kematian anak balita di Indonesia oleh karena itu baik untuk menghentikan penularan Covid-19 dan mencegah wabah lainnya di masa depan,” tukas dia.

Dia juga menyampaikan bahwa Kementerian Kesehatan menyerukan agar semua orang di mana pun harus melakukan praktik CTPS. “Mari tingkatkan praktik cuci tangan kita sampai dengan 100% karena ini adalah cara yang termudah termurah dan tercepat untuk membunuh virus dan kuman lainnya di tangan kita,” tandasnya.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>