Wamen BUMN Akui Harga Sewa Pesawat Garuda 4 Kali Lipat dari


Ilustrasi

AKTUALITAS ID – Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengakui harga sewa pesawat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sangat tinggi dari maskapai lain. Bahkan, harga sewa bisa mencapai empat kali lipat dari rata-rata pasar global.

“Garuda termasuk yang terbesar dengan aircraft rental cost dibagi revenue Garuda itu mencapai 24,7 persen, empat kali lipat dari global average,” ujar Tiko, sapaan akrabnya saat rapat bersama Komisi VI DPR di Gedung DPR/MPR, Selasa (9/11/2021).

Maka dari itu, menurutnya, tak heran bila kemudian utang maskapai jadi menumpuk. Tercatat, utangnya kini mencapai US$9,75 miliar atau setara Rp138,93 triliun (kurs Rp14.250 per dolar AS) sampai saat ini.

“Sebenarnya dalam kondisi seperti ini, istilah perbankan sudah technically bankrupt, technically tapi legally belum,” ucapnya.

Atas kondisi ini, pemerintah pun merestrukturisasi Garuda. Salah satunya dengan mengurangi beban biaya sewa pesawat yang terlalu mahal.

Caranya beragam, mulai dari mengurangi jenis pesawat yang akan digunakan maskapai dari 13 jenis menjadi 7 jenis saja. Toh, menurut Tiko, Garuda tidak membutuhkan semua jenis pesawat itu.

“Biasanya airlines yang bagus mungkin punya 2-3 jenis pesawat, nah ini Garuda mulai dari seri 777, 737, A320, A330, CRJ, ATR45, ATR75, semuanya ada, jadi memang banyak sekali dan ini membuat kompleksitas daripada pengelolaan cost jadi mahal,” terangnya.

Untuk itu, jenis pesawat yang dirasa tidak terlalu perlu akan dikembalikan ke lessor. Nantinya, Garuda mungkin hanya akan mengoperasikan pesawat-pesawat berukuran besar agar lebih efisien dalam mengangkut penumpang dan kargo sekaligus.

“Sekarang kita lebih ke pesawat yang wide body, yang 777 sama 330. Jadi kalau pergi ke Denpasar, itu sering di-serve pakai pesawat 777 karena itu lebih bisa membawa banyak orang meski tidak efisien seperti 737,” katanya.

Setelah mengurangi jenis, jumlah pesawatnya pun akan dipangkas. Saat ini, Garuda yang semula punya 142 pesawat sudah dikurangi menjadi tinggal 50-60 pesawat saja yang beroperasi.

Dampaknya, suka tidak suka maka jumlah rute penerbangan juga akan berkurang. Rute yang semula mencapai 237 penerbangan pada 2019 akan dipangkas jadi 140 rute pada 2022.

Nantinya, sebagian besar rute internasional akan ditutup, khususnya yang masuk kategori perjalanan jauh, seperti ke Amsterdam, London, hingga Korea karena sepi penumpang. Rute domestik juga akan diseleksi.

“Memang kami sudah mendapatkan banyak komplain selama sebulan terakhir karena flight Garuda semakin berkurang karena banyak pesawatnya yang di-grounded. Nanti banyak airport yang alami kelangkaan jumlah flight karena rutenya akan kami kurangi signifikan dan fokus ke rute-rute yang benar-benar menghasilkan margin,” jelasnya.

Di sisi lain, tak cuma mengurangi jenis, jumlah, hingga rute pesawat, pemerintah juga melakukan negosiasi dengan lessor untuk mengurangi harga sewa. Tujuannya agar utang berkurang secara signifikan, di mana targetnya menjadi tinggal sekitar US$2,6 miliar atau setara Rp37,05 triliun.

“Kita sedang negosiasi untuk kurangi atau negosiasi harganya semurah mungkin. Harapannya dengan negosiasi ini kita bisa menekan biaya leasing-nya mencapai 40-50 persen dari tarif saat ini,” pungkasnya.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>