Connect with us

EKBIS

Mentan Amran: Implementasi B50 Akan Dongkrak Harga CPO Dunia

Aktualitas.id -

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. (Dok: Kementan)

AKTUALITAS.ID – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman optimistis harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di pasar global akan meningkat seiring rencana Indonesia mengimplementasikan bahan bakar ramah lingkungan Biodiesel 50 (B50) pada tahun 2026.

Amran menjelaskan, pemerintah akan mengalihkan sekitar 5,3 juta ton CPO dari total ekspor untuk mendukung program B50. Langkah ini diprediksi bakal mengerek harga CPO dunia, mengingat Indonesia merupakan pemain utama yang menguasai sekitar 65,94 persen pasar CPO global.

“Tahun lalu kita ekspor 26 juta ton CPO. Kalau kita tarik 5 juta ton untuk B50, tinggal 21 juta ton di pasar dunia. Harganya naik atau turun? Ya, pasti naik,” ujar Amran usai menghadiri acara syukuran cadangan beras pemerintah (CBP) di Jakarta, Jumat (30/5/2025).

Kenaikan harga ini, lanjut Amran, akan memberikan dampak langsung bagi kesejahteraan petani sawit.

“Kalau harga naik, berarti petani sejahtera. Kita senang kalau petani sejahtera,” tegasnya.

Ekspor ke Eropa dan AS Tetap Aman

Amran juga menepis kekhawatiran akan terganggunya ekspor CPO Indonesia ke negara-negara besar seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat. Menurutnya, kebutuhan ekspor ke Eropa hanya sekitar 2,3 juta ton, dan ke Amerika 1,7 juta ton, yang masih bisa dipenuhi dari sisa ekspor CPO sebesar 21 juta ton setelah dialihkan untuk B50.

“Tidak ada masalah dengan ekspor. Kebutuhan Eropa dan Amerika masih bisa dipenuhi,” jelasnya.

Produksi Cukup, Tidak Perlu Tambah Lahan

Sementara itu, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, menyatakan Indonesia siap menjalankan program B50 pada tahun 2026. Ia memastikan ketersediaan bahan baku Fatty Acid Methyl Ester (FAME)—komponen utama biodiesel yang diolah dari minyak nabati—cukup untuk mendukung program ini.

“Tidak perlu penambahan lahan sawit. Program replanting (penanaman kembali) yang sedang berlangsung sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan,” ungkap Yuliot.

Dengan strategi ini, pemerintah berharap Indonesia tak hanya memperkuat kemandirian energi, tetapi juga mendorong nilai tambah komoditas sawit nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani. (YAN KUSUMA/DIN). 

TRENDING

Exit mobile version