OASE
Makna Surat An-Najm dan Hubungannya dengan Peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad SAW
AKTUALITAS.ID – Surat An-Najm merupakan salah satu surat penting dalam Al-Qur’an yang sarat makna dan berkaitan erat dengan peristiwa besar dalam sejarah kenabian, yakni Mi’raj Rasulullah SAW. Surat ke-53 ini terdiri dari 62 ayat dan diturunkan di Mekkah, kecuali ayat ke-32 yang turun di Madinah.
Dalam karya Tadabbur Al-Qur’an oleh Syaikh Adil Muhammad Khalil, dijelaskan bahwa penyebutan “An-Najm” (bintang) pada awal surah menunjukkan ketundukan makhluk langit atas kebesaran Allah, sekaligus menegaskan keagungan peristiwa Mi’raj yang dialami Nabi Muhammad SAW.
Pertama Kali Dibaca Terang-Terangan di Mekkah
Mengutip tafsir Al-Quranul Majid An-Nur Jilid 4 karya Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Surat An-Najm menjadi surah pertama yang dibaca Rasulullah SAW secara terang-terangan di hadapan kaum musyrikin Quraisy di Masjidil Haram.
Riwayat dari Imam Bukhari serta Muslim menyebutkan bahwa ketika Rasulullah membaca ayat sajdah dalam surah ini, seluruh orang yang mendengarnya ikut bersujud – kecuali Umayyah bin Khalaf yang hanya menyentuhkan tanah ke dahinya.
Kandungan Surat An-Najm
Menurut Prof. Hasbi Ash-Shiddieqy, beberapa kandungan utama dari Surat An-Najm antara lain:
1 – Penegasan kerasulan Nabi Muhammad SAW
Allah bersumpah dengan bintang bahwa Nabi tidak menyimpang dari kebenaran, dan apa yang beliau sampaikan adalah wahyu yang diturunkan melalui Malaikat Jibril.
2 – Ketegasan Allah atas kekuasaan-Nya
Seluruh isi langit dan bumi adalah milik Allah dan berada di bawah kehendak-Nya.
3 – Sifat orang-orang muhsin
Mereka adalah orang-orang yang menjauhi dosa besar dan perbuatan keji.
4 – Perintah sujud dan bersyukur
Umat diperintahkan memperbanyak sujud kepada Allah sebagai bentuk ketundukan dan syukur.
Kaitan Surat An-Najm dengan Peristiwa Mi’raj
Dalam buku Kisah Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad oleh Syofyan Hadi, disebutkan bahwa ayat 13–18 dari Surat An-Najm menjelaskan perjalanan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Ayat-ayat tersebut menggambarkan bagaimana Nabi menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah di langit tertinggi.
Malaikat Jibril hanya mampu mendampingi Nabi hingga Sidratul Muntaha, sedangkan perjalanan selanjutnya hanya dapat dilakukan oleh Rasulullah SAW hingga bertemu dengan Allah di tempat yang tidak diketahui makhluk mana pun.
Mengenai apakah Nabi melihat Allah secara langsung, pendapat yang lebih kuat merujuk pada riwayat Ibnu Abbas. Rasulullah bersabda, “Cahaya, bagaimana aku dapat melihat-Nya?” (HR Muslim), yang menunjukkan bahwa beliau melihat dengan hati, bukan dengan mata lahiriah.
Surat An-Najm bukan hanya menegaskan kerasulan Muhammad SAW, namun juga menjadi salah satu rujukan penting dalam memahami peristiwa Mi’raj. Surat ini memuat penguatan iman, penjelasan tentang kekuasaan Allah, serta gambaran luar biasa tentang perjalanan spiritual Nabi yang menjadi mukjizat besar dalam Islam. (Mun)
-
RIAU05/12/2025 17:00 WIBPolda Riau Kirim Bantuan Gelombang Keempat untuk Penanganan Bencana di Sumatera, 3.459 Alat Kerja dikirim ke Aceh dan Sumbar
-
NUSANTARA05/12/2025 07:30 WIBTerungkap Motif Komplotan Begal Remaja di Indramayu
-
NASIONAL05/12/2025 11:00 WIBKalla Siap Layani Gugatan Baru GMTD di Kasus Sengketa Lahan
-
JABODETABEK05/12/2025 07:00 WIBDitlantas Polda Metro Jaya Siapkan Layanan SIM Keliling di Lima Lokasi Jakarta
-
JABODETABEK05/12/2025 10:30 WIBHingga Kamis Malam Sejumlah Lokasi di Jakarta Utara Masih Terendam Banjir Rob
-
POLITIK05/12/2025 09:00 WIBImbas Bencana di Sumatera Komisi IV DPR Bentuk Panja Alih Fungsi Lahan
-
EKBIS05/12/2025 14:30 WIBPelni Siapkan Sembilan Kapal untuk Hadapi Libur Nataru
-
DUNIA05/12/2025 06:30 WIBPantau Pergerakan Kapal Selam Rusia, Inggris dan Norwegia Bentuk Armada Gabungan