Akibat Kemarau Panjang, 17.902 Hektare Pertanian Jateng Gagal Panen


Foto : Inilah.com

AKTUALITAS.ID – Bencana kekeringan yang melanda sejumlah daerah di Jawa Tengah, tak hanya menyebabkan masyarakat kekurangan air bersih. Kekeringan ekstrem juga berdampak buruk pada ratusan ribu hektare lahan pertanian mengering, serta membuat tanaman padi gagal panen atau puso.

Data dari Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jawa Tengah pada bulan Juli hingga September 2019, lahan seluas 9.676 hektare alami puso. Namun, memasuki Oktober 2019, luas lahan pertanian yang mengalami puso semakin bertambah, tercatat sudah mencapai angka 17.902 hektare.

Menurut Herawati, Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultural dan Perkebunan Distanbun Jawa Tengah, permasalahan puso para petani saat musim kemarau sebenarnya sudah setiap tahun dialami. Namun, terkadang petani kurang mengatahui cara mengantisipasinya.

“Mayoritas yang mengalami gagal panen itu petani padi, mereka enggak tau kalau musim kemarau ini bakal panjang. Ya kalau mau petani harusnya menanam tanaman yang tidak membutuhkan banyak air. Contohnya jagung, umbi-umbian, kedelai atau tanaman paliwija lainnya,”ujar Hera saat di konfirmasi, Senin (7/10).

Disebutkan Hera, lahan yang mengalami puso terbanyak ada di tiga daerah, yaitu Kabupaten Cilacap sebanyak 4.000 hektare lahan pertanian alami puso. Disusul Kabupaten Grobogan 1.827 hektare. Kemudian di Kabupaten Kebumen ada sekitar 1.548 hektare alami puso.

“Kalau secara keseluruhan, dampak kekeringan bagi petani terjadi di 32 kabupaten/kota. Yang paling parah di tiga daerah tersebut, yang lainnya luas lahan kisaran ratusan hektar saja yang mengalami puso,” katanya.

Dibandingkan 2018, menurut Hera, tahun ini merupakan puso yang paling parah. Sebab produksi pangan dipastikan menurun. Tercatat mencapai 70 ribu ton bahan pangan lenyap atau hilang. “Kerugian yang ditaksir mencapai 350 miliar,” katanya.

Dorong Kartu Tani

Upaya dalam penanganan puso di daerah Jawa Tengah. Distanbun Jateng, mendorong petani segeraikut serta dalam program asuransi usaha tani padi (AUTP). Ditargetkan subsidi premi AUTP pada 2019 bisa mencapai 100 ribu hektare.

Dijelaskan, lewat program AUTP, petani yang mengalami puso, akan mendapatkan kompensasi sebesar enam juta per hektare.

“Kami mendorong untuk segera lakukan pengajuan ganti rugi bagi petani yang lahan sawah terkena puso dan terdaftar AUTP,” katanya.

Namun, kendala yang dihadapi oleh Distanbun Jateng ialah banyaknya petani yang belum bisa menggunakan AUTP. Bahkan, dikatakan Hera, masih ada ratusan petani belum terdaftar.

“Sudah disosialisasikan ke daerah-daerah mengenai AUTP, tetapi kan banyak yang enggak berminat. Malah banyak yang minta bantuan benih saja,” katanya.

Saat ini, selain mendorong penggunaan AUTP, pihaknya memang telah menyiapkan bantuan benih bagi yang belum terdaftar AUTP. Begitu pula, wilayah yang mengalami kekeringan dan belum puso, disiapkan bantuan pengakitfan pompa air untuk mengoptimalkan sumber air terdekat seperti sungai, danau, embung, normalisasi saluran, serta penyediaan sumur pantek.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>