Pendiri Lippo Group Mochtar Riady Beberkan Syarat Negara Bisa Lolos Krisis karena Corona


Pendiri sekaligus pemilik Lippo Group Mochtar Riady, [Antara/Mentari Dwi Gayati]

AKTUALITAS.ID – COVID-19 berdampak besar pada berbagai sektor secara global. Pendiri dan Chairman Lippo Group Mochtar Riady pun buka suara merespons kondisi ekonomi yang terkena imbas Corona.

“Sebagai contoh negatif, kita lihat Singapura. Industri penerbangannya krisis sekitar sebulan setelah pemerintahnya menutup pintu masuk negara. Pengangguran di Amerika 14% dan diprediksi mencapai 25%. Krisisnya global,” ujar Mochtar yang baru saja memasuki usia 91 tahun pada gelaran Jakarta Chief Marketing Officer (CMO) Club bertajuk Business Wisdom During COVID-19 Era, Kamis (14/5/2020).

Dalam acara yang digelar virtual lewat Zoom pada Kamis, 14 Mei 2020 tersebut, Mochtar menegaskan untuk keluar dari krisis tersebut sebuah negara atau wilayah harus memenuhi syarat yaitu wilayahnya besar, lalu sumber dayanya banyak, dengan penduduk yang juga banyak, dan ditopang dengan teknologi.

Kalaupun ada yang tidak memenuhi itu semua, setidaknya sistem pendidikannya berkualitas. Jika tidak memiliki itu semua, Mochtar tidak yakin sebuah negara akan masuk ke tatanan dunia yang baru usai COVID-19.

“Yang memenuhi kriteria tersebut hanya Amerika Serikat, China, dan Uni Eropa. Indonesia mampu jikalau merangkul negara ASEAN lain dengan total 600 juta penduduknya. Tanpa itu sulit,” ujarnya lagi.

Host acara ini sekaligus Tri-Founder of Philip Kotler Center for ASEAN Marketing Hermawan Kartajaya setuju dengan pernyataan Mochtar. Terutama melihat China yang ini mulai menyaingi AS dalam berbagai bidang.

“Bahkan setelah COVID-19 mereka akan menyamai AS sebagai kekuatan baru dunia. Dulu kalau di Asia kita mengenal Jepang. Sekarang mereka diganti China yang mengajak AS berperang, tapi perangnya digital war,” sambung pakar marketing dunia tersebut.

Faktor digital ini yang dilihat sebagai faktor positif oleh Mochtar. Dengan COVID-19 ini, masyarakat di berbagai belahan dunia dipaksa menggunakan teknologi baru, termasuk soal meeting secara digital.
Ia menilai kondisi ini adalah revolusi industri 4.0, di mana jika Indonesia bisa beradaptasi dengan teknologi tersebut seharusnya bisa survive dari COVID-19.

Berita positif lainnya juga hadir dari Kementerian Perdagangan. Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga yang hadir dalam Jakarta CMO Club tersebut menyatakan di awal 2020 neraca perdagangan Indonesia positif sebesar 2,6 miliar dolar AS, dengan total ekspor mencapai US$ 41 miliar.

Walau begitu, pemerintah melihat ekonomi sepanjang 2020 tidak akan sebaik tahun lalu. Ada dua skenario yang dikeluarkan pemerintah. “Pertama skenario buruk di angka pertumbuhan 2,3 persen. Skenario terburuknya di -0,4 persen, lebih rendah dari prediksi IMF sebesar 0,5 persen. Tapi tetap jangan pesimis. Kami pemerintah optimis dapat melewati kondisi ini,” tutup Jerry.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>