Connect with us

Berita

Teguran Rasulullah SAW untuk Badui yang tak Sayang Anak

Adalah Aqra’ bin Habis at-Tamimi yang menjadi musabab lahirnya sebuah hadits yang mulia. Aqra’ merupakan seorang sahabat yang memiliki 10 anak. Namun, ia merasakan kekeringan hubungan dengan anak-anaknya. Ia adalah seorang bapak, yang memiliki tanggung jawab utama mencari nafkah. Namun, kesibukannya termasuk dalam amal Islam telah membuat hubungannya dengan sang anak menjadi hambar. Suatu ketika […]

Published

pada

Adalah Aqra’ bin Habis at-Tamimi yang menjadi musabab lahirnya sebuah hadits yang mulia. Aqra’ merupakan seorang sahabat yang memiliki 10 anak. Namun, ia merasakan kekeringan hubungan dengan anak-anaknya. Ia adalah seorang bapak, yang memiliki tanggung jawab utama mencari nafkah.

Namun, kesibukannya termasuk dalam amal Islam telah membuat hubungannya dengan sang anak menjadi hambar. Suatu ketika ia sedang berjalan dan bertemu dengan Rasulullah SAW. Ada yang spesial dari Rasulullah hari itu. Beliau SAW sedang menggendong dan menciumi kedua cucunya, Hasan dan Husein.

Spontan Aqra’ pun berkomentar seraya mengadukan keadaannya. “Ya Rasulullah, aku memiliki 10 anak, namun tak ada satu pun yang pernah kucium.” Mendengar sikap Aqra’ terhadap anaknya, Rasulullah SAW lantas bersitatap tajam dengannya. “Ketahuliah,” sabda Beliau SAW, “Siapa pun yang enggan menyayangi, niscaya tidak akan disayang.”

Dalam sebuah riwayat lain, seorang Badui datang kepada Rasulullah. Si Badui ini heran dengan perlakuan Nabi SAW dan para sahabatnya yang begitu memperhatikan anak. “Mengapa kalian menciumi anak-anak kalian? Kami tidak pernah melakukan itu,” protes sang Badui.

Rasulullah SAW lantas menukas, “Kalau begitu, aku tidak dapat mencegah seandainya Allah mencabut rasa kasih sayang dari dalam hatimu.”

Dua hadits yang termaktub dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim ini mengajarkan kita banyak hal. Rasulullah SAW tentu memiliki peran yang lebih banyak dari Aqra’ maupun sang Badui. Beliau SAW tentu sosok yang sangat luar biasa sibuk karena perannya yang tak sedikit. Rasulullah adalah nabi dan rasul, pemimpin negara, panglima perang, guru, suami, ayah, hingga kakek dari cucu-cucunya.

Namun, seabrek peran tersebut tidak membuatnya lupa dengan cucunya. Beliau begitu menyayangi anak-anak yang mungkin justru banyak merepotkan. Beliau SAW bermain-main dengan cucunya. Memeluk, menggendong, dan menciumi mereka sebagai tanda kasih sayang. Peran menyayangi anak-anak sama besarnya dengan peran kenabian. Sehingga, menyayangi anak-anak adalah bagian dari tuntunan agama ini. Jika hendak disayang, sayangilah orang, meskipun dia anak-anak.

Trending

Exit mobile version