Kader Muda PAN: Lebih Baik Ahok Benahi Internal Pertamina Biar Gak Rugi


Jakarta Governor Basuki Tjahaja Purnama, popularly known as "Ahok", center, sits on the defendant's chair at the start of his trial hearing at North Jakarta District Court in Jakarta, Indonesia, Tuesday, Dec. 13, 2016. Ahok is on trial on accusation of blasphemy following his remark about a passage in the Quran that could be interpreted as prohibiting Muslims from accepting non-Muslims as leaders. (AP Photo/Tatan Syuflana, Pool)

AKTUALITAS.ID – Sikap PAN yang disampaikan Sekjend PAN, Eddy Soeparno terkait langkah Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) membongkar kebobrokan perusahaan kepublik dinilai tidak tepat. Mendapat kritikan pedas dari Ketua Ahokers, Kanjeng Pangeran Norman Hadinegoro.

“Menurut saya, apa yang disampaikan Ketua Ahokers sangat subjektif dan cenderung tendensius, tanpa mengkaji mekanisme yang berlaku di perusahaan milik BUMN tersebut. Apalagi sampai mengaitkan dengan urusan internal PAN dan menyamakan gaya kepemimpinan seseorang,” kata Lutfi Nasution,  Aktivis Gerakan FKSMJ 1998, secara tertulis kepada wartawan, Senin (21/09/20).

Lutfi mengatakan, apa yang disampaikan kang Eddy, sapaan akrab Eddy Soeparno sudah tepat. Kader Muda PAN ini juga menegaskan, pandangan kang Eddy sesuai dengan mekanisme internal perusahaan plat merah.

“Kalau Ahok menemukan kebobrokan di Pertamina, gak perlu dipublikasi melalui media dan medsos. Ada mekanisme internal yang mengaturnya, bisa dilakukan melalui rapat Dewan Komisaris atau melalui rapat pemegang saham dengan Kementerian BUMN. Jadi, gak bisa hasil temuan dan hasil rapat dibawa keruang publik,” ujar Lutfi.

“Kalau Ahok merasa sebagai superhero, yang keras dan tegas, benahi Pertamina dengan baik dan benar supaya gak rugi. Emang dengan koar-koar bisa menjadikan Pertamina sehat dan tidak merugi,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Lutfi menyarankan agar, Ketua Ahokers harus lebih jernih dalam menyikapi persoalan, jangan mengedepankan emosional sehingga membabi buta melakukan pembelaan tanpa dasar argumentasi yang kuat.

“Pelajari dulu substansi yang disampaikan, sehingga kita bisa berdialektika untuk mendapatkan solusi yang tepat, bukan sekedar bermanuver dan terkesan memanfaatkan momentum untuk mendongkrak popularitas,” pungkasnya.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>