Taliban Bantah Berikan Dukungan Kepada Trump di Pemilu AS


Kepala juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid (Foto: The Financial Daily)

Kepala Juru Bicara Taliban, Zabiullah Mujahid membantah telah memberikan dukungan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam pemilihan umum AS mendatang.

Pernyataan itu disampaikan untuk menanggapi laporan dari CBS News pada akhir pekan, di mana media tersebut mengutip pernyataan Mujahid dalam wawancara telepon.

“Kami berharap dia (Trump) akan memenangkan pemilihan dan mengakhiri kehadiran militer AS di Afghanistan,” ujarnya saat itu.

Mujahid kemudian membantah argumen tersebut.

“Jelas sekali bahwa… Taliban membuat perjanjian damai dengan pemerintah AS, bukan dengan orang tertentu, jadi siapa pun yang akan berkuasa di AS, kami terikat untuk mematuhi perjanjian itu,” kata Mujahid kepada The Media Line.

“Trump telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk memastikan pemulangan pasukan AS yang aman dari Afghanistan, Suriah, Irak, dan lain-lain. Sehingga rakyat Amerika dapat memilihnya kembali, tapi terserah rakyat AS untuk memastikan siapa yang akan menjadi yang terbaik untuk mereka,” tambahnya.

Laporan CBS News tersebut merujuk pada cuitan Trump pekan lalu terkait rencana penarikan pasukan dari Afghanistan hingga Natal nanti.

“Kita harus memiliki sedikit [pasukan] laki-laki dan perempuan pemberani kita untuk melayani rumah (pangkalan) di Afghanistan sebelum Natal,” tulis Trump dalam cuitannya.

Mujahid kepada The Jerussalem Post menanggapi langkah tersebut sebagai sebuah langkah positif terhadap implementasi kesepakatan antara AS dan Taliban di Doha pada Februari lalu.

“Taliban juga berkomitmen untuk menaati isi perjanjian damai dan mengharapkan hubungan baik dan positif dengan semua negara, termasuk AS,” tambahnya.

Cuitan Trump tersebut hanya berselang beberapa jam setelah penasihan keamanannya, Robert O’Brien mengatakan jika AS akan mengurangi pasukannya di Afghanistan dari 5.000 menjadi 2.500 di awal 2021. Dia mengatakan bahwa Afghanistan sendiri “harus membuat kesepakatan, sebuah perjanjian damai dan ini akan menjadi kemajuan yang lambat dan juga sulit”.

Sementara itu, mantan anggota parlemen Afghanistan, Haleema Sultani menyatakan ketidaktenangannya atas implementasi kesekatan tersebut.

“Mayoritas warga Aghanistan sangat mengetahui tentang ketidakmampuan pasukan keamanan Afghanistan, terutama dengan keberadaan ISIS dan beberapa kelompok militan lainnya bersama dengan pejuang Taliban,” kata Sultani.

“Tidak diragukan lagi, perjanjian perdamaian Doha terutama difokuskan pada rencana penarikan pasukan (AS), tapi tidak menghalangi Taliban untuk berperang melawan pasukan keamanan Afghanistan, dan sebagai hasilnya… warga Afghanistan masih berdarah-darah,” tambahnya.

Dalam berbagai kesempatan Trump kerap menjanjikan untuk mengurangi pasukan di Afghanistan. Namun pernyataannya itu menuai beragam reaksi dari banyak pihak.

Michael Kugelman, Wakil Direktur dan Rekan Senior untuk Asia Selatan di Woodrow Wilson International Center for Scholars Washington mengatakan dia percaya bahwa AS tidak akan sepenuhnya menarik pasukan yang tersisa di Afghanistan hingga sebelum Natal.

“Prospek pemilihan kembali Trump sedang meredup dan dia sedang mencari cara cepat untuk memberi energi pada pangkalannya,” kata Kugelman.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>