Berita
Wapres Ma’ruf Amin Nilai Banyak Dai Tak Miliki Pemahaman Utuh Soal Agama
AKTUALITAS.ID – Wakil Presiden Ma’ruf Amin menilai, perlunya para dai berdakwah secara profesional dan terus meningkatkan kompetensi ilmu keagamaan. Ma’ruf mengatakan demikian, lantaran banyak da”i dalam menyampaikan dakwahnya kurang memiliki pemahaman utuh soal keagamaan. “Banyak sekali dai-dai yang sebenarnya kurang memiliki potensi tapi karena semangat yang tinggi, kemudian dia menyampaikan dakwahnya sehingga dia seringkali dakwahnya […]
AKTUALITAS.ID – Wakil Presiden Ma’ruf Amin menilai, perlunya para dai berdakwah secara profesional dan terus meningkatkan kompetensi ilmu keagamaan. Ma’ruf mengatakan demikian, lantaran banyak da”i dalam menyampaikan dakwahnya kurang memiliki pemahaman utuh soal keagamaan.
“Banyak sekali dai-dai yang sebenarnya kurang memiliki potensi tapi karena semangat yang tinggi, kemudian dia menyampaikan dakwahnya sehingga dia seringkali dakwahnya tidak mencerminkan pemahaman yang utuh soal keagamaan,” ujar Ma’ruf saat menerima secara virtual Forum Komunikasi Da”i Muda Indonesia, Kamis (5/11/2020).
Padahal, kata Ma’ruf, sebagai pendakwah, para da”i wajib membekali dirinya pengetahuan cukup soal keagamaan. Ini penting lantaran dibutuhkan di tengah tantangan masyarakat yang komplek dan majemuk.
Ma”ruf pun mengibaratkan para dai terjun ke masyarakat seperti halnya ke medan perang, perlu bekal amunisi yang lengkap .
“Da”i itu sebetulnya harus profesional ya, walaupun ada disebut sampaikan walau satu ayat, itu tidak berarti cukup tahu sedikit tapi harus menggambarkan pentingnya dakwah, apalagi di dalam menghadapi masyarakat yang komplek majemuk,” ungkapnya.
Karena itu, ia menilai kenapa perlunya pelatihan para da”i agar pendakwah benar benar paham permasalahan keagamaan. Karena itu, ia juga berharap FKDMI dapat berkontribusi mencetak dai dai yang memiliki kompetensi yang cukup.
Selain itu, dalam kesempatan itu, Ma”ruf juga menekankan para da”i menggunakan narasi dakwah yang rahmatan lil alamin. Menurutnya, metode dakwah yang digunakan perlu menyesuaikan situasi masyarakat Indonesia yang beragam yakni dengan metode moderat.
Ia menilai, moderasi beragama merupakan kunci dari toleransi dan kerukunan.
“Kalau dakwahnya tidak dikemas dgn sedemikian rupa, apalagi dengan menggunakan narasi narasi yang menimbulkan konflik dan tatanan kerukunan ini bisa menimbulkan dampak negatif,” ujarnya.
Karena itu, narasi dakwah yang perlu digunakan bukan untuk menakut-nakuti. Tetapi, menjaga harmoni dan menghormati sesama masyarakat.
“Dakwahnya pun harus rahmatan lil alamin, manhajnya yang wasaty, tengah, bukan terlalu semangat kemudian melewati batas,” ungkapnya.
-
RIAU30/12/2025 15:15 WIBPintu Air Koto Panjang Dibuka, Kapolda Riau Siagakan Pasukan Antisipasi Banjir
-
JABODETABEK30/12/2025 15:32 WIBSidak Pasar Tebet Jelang Nataru, Mentan: Ancam Segel Produsen Nakal
-
NASIONAL30/12/2025 11:00 WIBMenteri Agus Andrianto Beri Sinyal Riza Chalid Masih Sembunyi di Malaysia
-
NUSANTARA30/12/2025 13:00 WIB1 Januari 2026, Huntara dari PT Nindya Karya untuk Aceh Siap Dihuni
-
OLAHRAGA30/12/2025 13:45 WIBWTA 250 Auckland, Janice Tjen Tempati Posisi Unggulan Kelima
-
EKBIS30/12/2025 18:37 WIBMentan Respons Cepat Laporan Pupuk Subsidi Terlambat
-
NASIONAL30/12/2025 12:00 WIBDave Laksono: Pengibaran Bendera GAM di Aceh Bisa Jadi Upaya Provokasi
-
EKBIS30/12/2025 10:30 WIBNilai Tukar Rupiah Menguat Tipis Saat Dolar AS Bergerak Datar