Gita Wirjawan Prediksi Perubahan Iklim Pengusaha Dalam 50 Tahun Kedepan


Eks Menteri Perdagangan era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Gita Wirjawan, Foto; Istimewa

AKTUALITAS.ID – Eks Menteri Perdagangan era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Gita Wirjawan memprediksi perubahan iklim akan menjadi tantangan bagi para pengusaha dalam jangka waktu 50 tahun ke depan. Tapi sayangnya, di tengah tantangan itu, pembicaraan terkait masalah perubahan iklim masih kurang mendapat tempat.

Pernyataan tersebut merespons pertanyaan Putri Tanjung dalam program Ngobrol Sore Semaunya (NSS) terkait perbedaan signifikan dunia bisnis saat ini dengan era awal ketika Gita memulai bisnis.

“Kalau menurut saya yang kurang sekarang, walaupun percakapannya lebih kaya dari 10-20 tahun yang lalu, itu adalah kurangnya percakapan mengenai what’s matter in next 50 years. Jadi saya selalu menyampaikan dua hal. Pertama itu kita kurang peka dan kurang aktif ngobrol mengenai perubahan iklim,” ucap Gita seperti disiarkan kanal YouTube CXO Media.

Padahal menurut Gita, climate change adalah persoalan yang sangat sistemik dan mendesak untuk diatasi. Karena itu ia yakin pebisnis di masa depan yang paling berhasil adalah yang bisa mencari solusi untuk masalah tersebut.

“Saya percaya ke depan orang yang akan menjadi triliuner pertama adalah orang yang bisa mencari solusi untuk supaya perubahan iklim ini bisa teratasi,” imbuhnya.

Ia juga menilai persoalan iklim ini bisa melatih mental anak-anak muda untuk tak menyerah dalam mencari solusi. Masalah ini juga bisa melatih para anak-anak muda untuk tidak meremehkan hal-hal besar.

“Climate change itu perlu 10-20 tahun untuk mensolusikan. Jadinya kalau menurut saya, sih, kalau anak-anak muda yang visionary, dia harus bisa failed long atau failed late agak-agak paradoks tapi kalau dia bisa berparadigma kayak begitu i think its cool,” ucapnya.

Selain masalah iklim Gita juga mengatakan bahwa kesenjangan dalam beberapa tahun mendatang akan menjadi tantangan.

Karena itu menurutnya, ini juga harus dibahas sama pentingnya seperti perubahan iklim, terutama bagaimana cara memanfaatkan digitalisasi yang sedang berkembang saat ini untuk menyelesaikan masalah tersebut.

“Kita kurang aktif bicara mengenai kesenjangan. Digitalisasi itu sebetulnya bisa cemerlang karena mereka bisa menyelesaikan masalah, dan ini menurut saya adalah dua masalah yang sangat sistemik,” tandasnya.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>