Cari Pedemo Anti-Kudeta, Aparat Myanmar Razia Rumah Warga


Demonstran berbaris selama protes menentang kudeta militer, di dekat kuil di Bagan, Myanmar 18 Februari 2021, Reuters

Pasukan keamanan Myanmar dilaporkan menggeledah sejumlah kompleks perumahan dan apartemen di Yangon untuk mencari demonstran anti-kudeta yang bersembunyi pada Senin (8/3) malam.

Selama razia, aparat keamanan dikabarkan menargetkan rumah dan apartemen yang mengibarkan bendera partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi.

Tindakan polisi dan tentara semakin brutal dalam merespons unjuk rasa anti-kudeta yang semakin meluas di Myanmar. Kota Yangon dinilai menjadi pusat pemberontakan sipil terhadap junta militer sejauh ini.

Dilansir AFP, penggeledahan berawal ketika massa pro-demokrasi kembali berdemo di pusat komersial San Chaung pada Senin pagi yang bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional.

Para pedemo kembali menyerukan pembebasan Suu Kyi dari tahanan militer.

Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pada Senin malam pasukan keamanan menutup blok jalanan San Chaung dan mengepung sekitar 200 pengunjuk rasa.

Razia di San Chaung ini terjadi setelah tiga pengunjuk rasa ditembak mati aparat.

Pengepungan itu memicu kekhawatiran terkait bentrokan yang lebih parah lagi antara pedemo dan aparat.

Dentuman keras bahkan sempat terdengar dari kawasan tersebut. Namun, tidak jelas apakah suara keras itu bersumber dari tembakan atau granat kejut.

Sejumlah penduduk yang menjadi saksi mata mengatakan pasukan keamanan mulai menggeledah apartemen setelah layanan internet padam. sekitar pukul 01.00 waktu setempat. Warga menuturkan aparat menargetkan razia pada rumah-rumah dan apartemen yang terlihat mengibarkan bendera merah dan emas Partai NLD.

unta militer memang membatasi layanan telekomunikasi dan internet guna meredam gerakan pemberontakan. Sejak itu, hampir setiap malam, akses internet di beberapa wilayah di Myanmar mati.

Kepada AFP, seorang warga mengatakan bahwa rumahnya ikut digeledah aparat. Padahal, ia mengatakan tak ada pengunjuk rasa yang bersembunyi di dalamnya.

“Mereka menggeledah setiap gedung di jalan Kyun Taw-menghancurkan kunci gedung apartemen jika mereka di kunci dari lantai bawah,” kata seorang penduduk.

Warga yang tak ingin disebutkan namanya itu mengaku melihat puluhan orang ditangkap aparat selama penggeledahan.

Menjelang fajar, pasukan keamanan mulai berhenti menggeledah dan memungkinkan beberapa pengunjuk rasa melarikan diri dari daerah tersebut.

San Chaung merupakan kota yang ramai dan terkenal dengan kafe, bar, hingga restorannya. Namun, kondisi kota itu telah berubah sejak protes anti-kudeta berlangsung.

Pagar barikade darurat dari bambu, karung pasir, meja, dan kawat berduri yang dipasang oleh pengunjuk rasa banyak berserakan di jalanan kota itu. Hal itu dilakukan para pedemo demi menghalau pergerakan aparat keamanan.

Kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik melaporkan lebih dari 60 orang terbunuh akibat bentrokan antara aparat dan pedemo sejak 1 Februari lalu.

Militer membantah bertanggung jawab atas kematian puluhan pedemo dan membela kudeta dengan berdalih bahwa pengambilalihan kekuasaan pemerintah dilakukan sebagai akibat kecurangan pemilu.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>