20 Orang Tewas Dalam Bentrok Antara Militer Myanmar Bentrok dengan Milisi Etnis


Militer Myanmar membuat blokade dengan memarkir sejumlah kendaraan bersenjata, di jalan menuju gedung parlemen pada Selasa (2/2/2021) di Naypyidaw, ibu kota Myanmar.(AP PHOTO)

Setidaknya 20 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan antara militer Myanmar dan kelompok milisi etnis di sebuah desa di Kota Kyonpyaw, Ayeyarwady, pada Sabtu pekan lalu.

Bentrokan terjadi pada Sabtu dini hari di Hlayswe, 150 kilometer barat laut Yangon. Empat media lokal dan seorang penduduk melaporkan pertempuran itu terjadi ketika aparat militer mendatangi desa tersebut untuk melakukan razia senjata.

“Masyarakat di desa itu hanya memiliki panah dan banyak korban dari pihak masyarakat,” kata warga yang menjadi saksi mata pertempuran itu kepada Reuters.

Khit Thit Media dan Delta News Agency menuturkan 20 warga sipil tewas dan banyak penduduk lainnya ikut terluka akibat gempuran militer tersebut.
Baca juga: Bertemu Utusan ASEAN, Pemimpin Junta Janjikan Pemilu Myanmar

Dua media lokal itu melaporkan warga desa telah mencoba melawan gempuran militer dengan modal senjata panah dan ketapel.

Sementara itu, televisi junta Myanmar, MRTV, melaporkan pasukan keamanan diserang dengan senapan angin dan anak panah. Setelah baku tembak terjadi, stasiun televisi itu menuturkan tiga jasad “teroris” tewas berhasil ditemukan, sementara dua penyerang lainnya berhasil ditangkap.

Jika korban tewas terkonfirmasi, ini akan menjadi lonjakan tertinggi kematian akibat kerusuhan pasca-

Sejak kudeta militer berlangsung, setidaknya 845 orang tewas dalam bentrokan antara aparat keamanan dan warga penentang junta militer.

Selain demonstrasi, militer Myanmar juga menghadapi pemberontakan sipil dari puluhan kelompok milisi etnis pedalaman dan perbatasan yang memang telah menentang junta.

Pasukan Pertahanan Rakyat Shwegu yang anti-junta militer mengatakan telah menyerang sebuah kantor polisi di Shwegu utara pada Jumat pekan lalu bersama dengan Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA).

Sementara itu, di timur Myanmar, MBPDF (Pasukan Pertahanan Rakyat Mobye) mengklaim telah terlibat bentrok dengan militer di hari yang sama.

Meski terus mendapat perlawanan dari rakyat dan juga tekanan dari publik internasional, junta militer tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerahkan kekuasaan kembali kepada pemerintah sipil.

Saat bertemu dua pejabat ASEAN di Naypyidaw akhir pekan lalu, Panglima Militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, bahkan menegaskan bahwa pihaknya akan menggelar pemilihan umum ulang ketika situasi sudah mereda.

Pemilu ulang dinilai tak sejalan dengan keinginan sebagian besar rakyat Myanmar yang menginginkan pemerintah sipil pimpinan Aung San Suu Kyi kembali berkuasa.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>