Berita
Dampak Konflik Perbatasan, Rusia-Ukraina Saling Usir Diplomat
Pemerintah Rusia dan Ukraina saling usir diplomat sebagai dampak dari konflik kedua negara yang semakin tegang di kawasan perbatasan. Dilansir AFP, Minggu (18/4), Rusia memutuskan mengusir seorang diplomat Konsulat Ukraina di kota Saint Petersburg karena tertangkap basah hendak mencuri rahasia negara. Rusia selama ini menangkap sejumlah warga Ukraina yang diduga menjadi mata-mata. Namun, mereka jarang […]
Pemerintah Rusia dan Ukraina saling usir diplomat sebagai dampak dari konflik kedua negara yang semakin tegang di kawasan perbatasan.
Dilansir AFP, Minggu (18/4), Rusia memutuskan mengusir seorang diplomat Konsulat Ukraina di kota Saint Petersburg karena tertangkap basah hendak mencuri rahasia negara.
Rusia selama ini menangkap sejumlah warga Ukraina yang diduga menjadi mata-mata. Namun, mereka jarang membekuk diplomat.
“Seorang diplomat Ukraina, konsul di Konsulat Jenderal di Saint Petersburg, Alexander Sosonyuk, ditangkap oleh agen Badan Intelijen (FSB),” demikian isi pernyataan pemerintah Rusia.
Menurut laporan, FSB menangkap Sosonyuk pada Jumat lalu. Kementerian Luar Negeri Rusia lantas memanggil Kuasa Usaha Ukraina, Vasy Pokotylo, dan menyatakan Sosonyuk diberi waktu selama 72 jam hingga 19 April untuk meninggalkan negara itu.
“Kegiatan seperti itu tidak sesuai dengan status diplomatik dan membahayakan Federasi Rusia. Sesuai dengan hukum internasional, kami akan mengambil tindakan terhadap diplomat itu,” demikian isi pernyataan FSB.
Menanggapi kejadian itu, pemerintah Ukraina menuduh Rusia melanggar aturan konvensi soal hubungan diplomatik dan meningkatkan tensi perselisihan.
“Menanggapi kejadian dan provokasi itu, kami meminta diplomat senior Rusia di kedutaan besar mereka di Kiev untuk meninggalkan Ukraina dalam 72 jam mulai 19 April,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Oleg Nikolenko.
Hubungan kedua negara semakin memanas setelah mengerahkan pasukan ke perbatasan sebelah timur Ukraina yang diduduki pemberontak separatis.
Kondisi itu bisa membuat peperangan antara kedua negara pada 2014 silam kembali terulang.
Peperangan di kawasan timur Ukraina pecah pada 2014 setelah Presiden Ukraina saat itu, Viktor Yanukovych, yang dekat dengan Rusia tumbang akibat gelombang demo. Dalam peperangan itu dilaporkan menelan korban jiwa lebih dari 13 ribu orang, dan Ukraina juga kehilangan Krimea yang kini diduduki oleh Rusia.
Ukraina lantas meminta bantuan kepada blok Barat melalui Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) supaya membantu mereka dari ancaman peperangan dengan Rusia.
Amerika Serikat sebagai salah satu sekutu Ukraina menyatakan akan tetap mendukung negara itu menghadapi Rusia.
-
Jabodetabek11 jam lalu
Sahabat Nusa Gelar Diskusi Mitigasi Risiko Megathrust di Jakarta
-
Jabodetabek13 jam lalu
Rutan Kelas I Jakarta Pusat Gelar Bakti Sosial untuk Keluarga Warga Binaan
-
Jabodetabek20 jam lalu
Minggu, Layanan SIM Keliling Hadir di Dua Lokasi untuk Warga Jakarta
-
Oase17 jam lalu
Sholat dengan Khusyuk, Kunci Mengubah Ibadah Menjadi Pembentuk Akhlak
-
Nasional9 jam lalu
Ketua MPR: Pancasila Adalah Tekad Setiap Pemimpin untuk Memperkuat Persatuan Indonesia
-
Nusantara16 jam lalu
Turun ke Lapangan, Maximus: Pemimpin Harus Merasakan Penderitaan MasyarakatÂ
-
Dunia4 jam lalu
Aljazeera: 4.000 Tentara Turki Ikut Perang di Gaza
-
Jabodetabek18 jam lalu
Kebakaran Hebat di Gedung Kopegmar, Jakut, 80 Personel Dikerahkan