Taiwan Kerahkan Kapal Baru Penjaga Pantai untuk Lawan Taktik Perang China


Kapal buatan dalam negeri senilai USD37,30 juta bernama Anping diluncurkan di Taiwan. Foto/REUTERS

Taiwan mengerahkan kapal penjaga pantai baru mereka pada Kamis (29/4) untuk melawan taktik perang China terhadap wilayahnya.

Armada penjaga pantai yang baru ditugaskan ini bernama Chiayi, kapal terbesar Taiwan dan dibuat oleh pabrik dalam negeri. Taiwan merogoh kocek hingga US$100,5 juta untuk membangun kapal tersebut.

Saat peresmian pengoperasian kapal tersebut, Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, menuturkan bahwa nama “Taiwan” dalam Bahasa Inggris akan secara bertahap dicetak di seluruh kapal penjaga pantai negaranya.

“Ini menunjukkan tekad kami mempertahankan wilayah perairan Republik China (nama resmi Taiwan),” kata Tsai saat menghadiri pelepasan Chiayi pada Kamis (29/4).

Kapal penjaga pantai itu dioperasikan pihak sipil yang pernah menjadi salah satu cabang angkatan laut Taiwan selama masa perang.

Direktur Armada Penjaga Pantai Taiwan, Hsieh Ching-chin, menuturkan kepada Reuters bahwa Chiayi akan dikirim ke pantai barat Taiwan yang langsung menghadap daratan China.

Kapal seberat 4.000 ton itu juga akan dikerahkan mengawasi pulau-pulau Taiwan yang diklaim Beijing di Laut China Selatan.

“Kami akan mempertahankan kedaulatan dan hak penangkapan ikan kami,” kata Hsieh seperti dilansir CNN.

Chiayi memiliki tiga meriam air bertekanan tinggi yang kerap digunakan penjaga pantai dalam menghadapi kapan-kapal ikan China. Kapal itu juga memiliki sistem peluncur roket ganda dan senapan mesin.

Chiayi dibangun sejalan dengan upaya pemerintah Taiwan memperkuat pertahanan demi melawan ancaman China yang meningkat. Kapal itu juga termasuk dari 141 kapal penjaga pantai baru yang akan dibuat Taiwan hingga akhir 2027.

Kapal penjaga pantai Taiwan selama ini memang sering terlibat konfrontasi dengan kapal penangkap ikan dan pengeruk pasir China yang menurut Taipei beroperasi secara ilegal di wilayah perairannya.

Taiwan menganggap manuver kapal-kapal China itu merupakan taktik “zona abu-abu atau gray zone” yang dirancang untuk menaklukkan Taipei yang selama ini dianggap Beijing sebagai wilayah pembangkang.

Taipei menganggap China menggunakan taktik gray zone itu untuk melemahkan Taiwan dengan melakukan berbagai aktivitas dan latihan militer berulang kali di dalam atau sekitar zona pertahanan udara serta perairannya.

Dalam laporan ke parlemen akhir pekan lalu, Dewan Urusan Kelautan Taiwan mengatakan China semakin agresif memperluas milisi maritimnya dan berusaha menciptakan “konflik zona abu-abu” di perairan mereka.

“Selama mereka berani melintasi perbatasan, kami akan menangkap mereka,” kata Hsieh merujuk pada milisi China yang menyamar sebagai kapal penangkap ikan.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>