Diduga Berencana Bunuh Dubes Myanmar, Polisi AS Tangkap Dua Orang Pria


Ilustrasi, Foto: Istimewa

Kepolisian New York (NYPD), Amerika Serikat, berhasil menangkap dan mendakwa dua orang yang diduga berencana membunuh Duta Besar Myanmar untuk PBB, Kyaw Moe Tun.


Kantor Kejaksaan AS untuk Distrik Selatan New York menuturkan kedua tersangka itu dituduh bersekongkol dengan seorang pedagang senjata di Thailand yang menjual senjata kepada junta militer Myanmar.

“Mereka diduga ingin membunuh atau melukai secara serius duta besar dalam serangan yang direncanakan di tanah AS,” kata Jaksa AS untuk Distrik Selatan New York, Audrey Strauss, melalui pernyataan pada Sabtu (7/8).

Kedua tersangka itu diidentifikasi sebagai Phyo Hein Htut berusia 28 tahun dan Ye Hein Zaw berusia 20 tahun yang tinggal di New York.

Hein Htut dan Hein Zaw masing-masing didakwa satu tuduhan konspirasi utnuk menyerang dan melakukan serangan kekerasan terhadap pejabat asing. Keduanya terancam hukuman maksimal lima tahun penjara.

Menurut dokumen pengaduan, Hein Htut mengaku kepada FBI telah berkomunikasi dengan sang penjual senjata melalui Facebook dan FaceTime.

Hein Htut mengaku penjual senjata itu menawarkan uang kepadanya untuk menyewa seseorang yang bisa melukai Dubes Moe Tun dalam upaya memaksanya mundur dari jabatan.

Jika Dubes Moe Tun tak mau mundur dari jabatannya, penjual senjata itu diduga mengusulkan para penyerang untuk membunuhnya dengan merusak ban mobil sang dubes sehingga menyebabkan kecelakaan saat dipakai.

Setelah disebut menyetujui rencana itu, Hein Zaw mentransfer uang sekitar US$4.000 (sekitar Rp57,6 juta) ke Hein Htut sebagai uang muka. Hein Zaw dan Hein Htut disebut sempat membahas meminta bayaran tambahan sebesar US$1.000 (sekitar Rp14,4 juta) demi bisa menghabisi sang dubes.

Seorang penjaga keamanan di kantor perwakilan PBB di New York mengatakan kepada FBI bahwa Hein Htut telah berupaya mendekatinya dan memberitahu rencana pembunuhan itu.

Hein Htut disebut mengatakan dirinya telah melakukan kontak dengan penjual senjata dari Thailand untuk menyewa “pembunuh bayaran untuk melukai atau menghilangkan nyawa” dubes Moe Tun.

Rencana pembunuhan itu diduga akan berlangsung antara Juli dan 5 Agustus lalu di Westchester County, New York, yang merupakan tempat Dubes Moe Tun tinggal.

“Seperti yang dituduhkan dalam dakwaan federal hari ini, para terdakwa melintasi perbatasan dan lautan demi merancang plot kekerasan terhadap seorang pemimpin asing di tanah AS,” kata Komisaris NYPD Dermot Shea dalam sebuah pernyataan.

“Tetapi penyelidik dan jaksa NYPD dari Kantor Kejaksaan AS untuk Distrik Selatan New York bekerja tanpa henti dengan mitra penegak hukum lainnya untuk membawa mereka (tersangka) ke pengadilan sebelum rencana itu dapat dilakukan.”

Sementara itu, Dubes Moe Tun mengatakan kepada CNN bahwa dia diberitahu tentang rencana pembunuhannya pada awal pekan ini. Ia merasa ancaman pembunuhan itu kredibel sehingga segera melaporkannya ke pihak berwenang AS.

Kini, Moe Tun menuturkan Biro Investigasi Federal AS (FBI) dan kepolisian New York (NYPD) telah memberikan pengamanan 24 jam bagia ia dan keluarganya.

Moe Tun merupakan salah satu diplomat Myanmar di luar negeri yang menyatakan penentangan terhadap junta militer yang mengkudeta pemerintahan sipil pimpinan Aung San Suu Kyi pada 1 Februari lalu.

Pada akhir Februari lalu, Moe Tun bahkan menyampaikan pidato berapi-apinya yang mendesak komunitas internasional menghentikan kudeta militer Myanmar di depan PBB.

Moe Tun saat ini terus mewakili pemerintah sipil yang digulingkan junta dan kerap beroperasi secara diam-diam.

“Tentu saja apa yang terjadi ini mengganggu, tetapi tidak mempengaruhi pekerjaan sehari-hari saya,” ucap Moe Tun.

“Saya akan melanjutkan apa yang harus saya lakukan dan insiden ini tidak akan menghalangi apa yang saya lakukan untuk negara dna rakyat Myanmar,” paparnya menambahkan.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>