Menolak Kudeta, Militer Sudan Tangkap Perdana Menteri & Anggota Kabinet


Perdana Menteri Sudan Abdallah Hamdok. (AP)

Para tentara menangkap sebagian besar kabinet pemerintah Sudan dan sejumlah pemimpin partai koalisi pemerintah pada Senin, dalam sebuah dugaan upaya kudeta militer. Hal ini diungkapkan tiga sumber politik, membawa transisi menuju demokrasi yang raput menuju kekacauan.

Perdana Menteri Sudan, Abdalla Hamdok ditangkap dan dibawa ke lokasi yang tidak diketahui setelah menolak menerbitkan pernyataan mendukung kudeta, menurut Kementerian Informasi.

Pasukan militer gabungan yang menempatkan Hamdok di bawah tahanan rumah menekannya untuk menerbitkan pernyataan dukungan. Demikian dilansir Reuters, Senin (25/10).

Sampai saat ini belum ada komentar dari pihak militer.

Sudan berada di ujung tanduk sejak upaya kudeta gagal bulan lalu, melancarkan tudingan pahit antara kelompok militer dan sipil yang ingin berbagi kekuasaan setelah penggulingan mantan pemimpin Omar al-Bashir pada 2019.

Bashir digulingkan dan dipenjara setelah berbulan-bulan demonstrasi massal di jalan-jalan. Transisi politik disepakati setelah pelaku penggulingannya memandang Sudan telah bangkit dari isolasi di bawah pemerintahan Bashir yang berlangsung tiga dekade dan ingin mendorong dilakukannya pemilu pada akhir 2023.

Militer memicu kerusuhan di Sudan timur dan memanfaatkan krisis itu untuk melakukan kudeta terhadap pemerintahan Hamdok, menurut direktur kantor perdana menteri kepada saluran Al Arabiya.

Pengambilalihan itu terjadi terlepas dari kesepakatan yang dicapai Hamdok dengan kepala dewan penguasa, Abdel Fattah al-Burhan, di hadapan utusan khusus AS Jeffrey Feltman.

Televisi pemerintah Sudan mengatakan Burhan akan menyampaikan pernyataan tidak lama lagi.

Para pengunjuk rasa dengan cepat memindahkan barikade dan memasuki jalan yang mengelilingi markas militer di ibu kota Khartoum. Tayangan di televisi Al Jazeera itu juga menunjukkan tentara berdiri saat para pengunjuk rasa melalui mereka dan turun ke jalan.

Mengutip sejumlah saksi mata, televisi Al Arabiya mengatakan ada korban luka dalam bentrokan di depan markas tentara.
Kementerian Informasi menyampaikan pasukan militer juga menangkap anggota sipil Dewan Kedaulatan dan anggota pemerintah.

Dalam sebuah pernyataan yang dikirimkan ke Reuters, Kementerian Informasi meminta warga Sudan menutup pergerakan militer yang ingin menghalangi transisi demokrasi.

“Kita sampaikan suara kita dengan lantang untuk menolak upaya kudeta ini,” jelas pernyataan tersebut.

Seorang saksi mata Reuters melihat pasukan gabungan dari militer dan pasukan paramiliter berada di jalan-jalan di Khartoum.

Militer bertujuan untuk menyerahkan kepemimpinan Dewan Kedaulatan bersama kepada seorang tokoh sipil dalam beberapa bulan mendatang.

Tetapi waktu penyerahan tidak jelas, karena otoritas transisi lebih mengedepankan isu-isu utama termasuk apakah akan menyerahkan Bashir ke Pengadilan Kriminal Internasional.

Pasukan militer juga menyerbu markas Radio dan Televisi Sudan di Omdurman, kota kembar Khartoum, dan menangkap para pegawai, menurut keterangan Kementerian Informasi di halaman Facebooknya.

Dua partpol utama, Umma dan Kongres Rakyat Sudan, mengutuk kudeta dan penangkapan tersebut.

Saksi mata Reuters mengatakan pasukan militer dan paramiliter dikerahkan di seluruh Khartoum, membatasi pergerakan warga sipil, ketika para pengunjuk rasa membawa bendera nasional membakar ban di sejumlah wilayah di kota itu.

Bandara Khartoum ditutup dan penerbangan internasional dihentikan.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>