BPS Catat Pertumbuhan Ekonomi Sebesar 3,51 Persen per Kuartal III 2021


Neraca perdagangan pada Oktober 2017 tercatat surplus US$ 900 juta, dengan raihan ekspor US$ 15,09 miliar dan impor US$ 14,19 miliar. Secara akumulasi Januari-Oktober 2017, juga tercatat surplus US$ 11,78 miliar. Ekspor US$ 138,46 miliar dan impor US$ 126,68 miliar

AKTUALITAS.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 3,51 persen pada kuartal III 2021. Angka itu melambat dari kuartal sebelumnya yang mencapai 7,07 persen.

Data BPS menunjukkan kontribusi Pulau Jawa terhadap ekonomi nasional turun menjadi hanya 57,55 persen pada kuartal III 2021. Kontribusi pada kuartal sebelumnya mencapai 57,92 persen.

Sebaliknya, kontribusi ekonomi Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Papua, serta Sulawesi terhadap nasional meningkat. Tercatat, kontribusi ekonomi Sumatera terhadap ekonomi nasional sebesar 21,95 persen, Kalimantan 8,32 persen, Maluku dan Papua 2,45 persen, serta Sulawesi 6,98 persen.

Sementara itu, kontribusi ekonomi Bali dan Nusa Tenggara terhadap ekonomi nasional turun menjadi 2,75 persen.

Ekonomi Pulau Jawa tercatat hanya tumbuh 3,03 persen pada kuartal III 2021. Sementara itu, ekonomi Bali dan Nusa Tenggara masih terkontraksi 0,09 persen.

Sebaliknya, ekonomi Sumatera tumbuh 3,78 persen, Kalimantan 4,52 persen, Sulawesi 4,58 persen, serta Maluku dan Papua 9,15 persen.

Dari segi lapangan usaha, 11 dari 17 sektor usaha tampak tumbuh positif.

Rinciannya, sektor jasa kesehatan tumbuh 14,06 persen, pertambangan 7,78 persen, infokom 5,51 persen, perdagangan 5,16 persen, pengadaan air 4,56 persen, dan jasa keuangan 4,29 persen

Naik pula pengadaan listrik dan gas 3,85 persen, konstruksi 3,84 persen, industri pengolahan 3,68 persen, real estat 3,42 persen, dan pertanian 1,31 persen.

Sebaliknya, akomodasi dan makan minum turun 0,13 persen, jasa lainnya turun 0,3 persen, jasa perusahaan turun 0,59 persen, transportasi dan pergudangan turun 0,72 persen, jasa pendidikan turun 4,42 persen, serta administrasi pemerintahan turun 9,96 persen.

Selanjutnya, jika dilihat dari kelompok pengeluaran, hanya ekspor dan impor yang terlihat tumbuh kencang. Impor naik 30,11 persen dan ekspor tumbuh 29,16 persen.

Sementara itu, konsumsi rumah tangga terlihat hanya tumbuh 1,03 persen. Begitu juga dengan konsumsi pemerintah yang naik tipis 0,66 persen.

Kemudian, investasi meningkat 3,74 persen. Terakhir, konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) tumbuh 2,96 persen.

Indef sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia paling tinggi hanya 3 persen-4 persen pada kuartal IV 2021. Meski belum kembali ke angka 5 persen, tetapi proyeksinya masih lebih tinggi dari realisasi kuartal III 2021.

“Pada kuartal IV diperkirakan tumbuh, tapi relatif sedikit (dari kuartal III).Perkiraan kami 3-4 persen,” ucap Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad, di konferensi pers virtual, Jumat (5/11).

Tauhid menjelaskan, proyeksi ini muncul karena mempertimbangkan kebijakan PPKM yang masih diterapkan sampai saat ini. Kendati sudah longgar, tapi mobilitas dan aktivitas masyarakat sejatinya belum pulih sepenuhnya seperti sebelum pandemi Covid-19.

“Selain itu, dorongan dari hari raya dan hari libur akhir tahun juga masih lemah karena pemerintah menahan agar tidak ada aktivitas ekonomi yang lebih tinggi di penghujung tahun, dan ini akan mempengaruhi konsumsi masyarakat,” ujarnya.

Saat konsumsi masyarakat terpengaruh, menurutnya, laju perekonomian nasional tidak akan tinggi. Sebab, indikator ini memberi sumbangan lebih dari separuh pada perekonomian Indonesia.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>