Pemilu yang Menggemaskan


Ilustrasi Presiden Jokowi bersama tiga capres Anies Baswedan, Prabowo Subianto,dan Ganjar Pranowo. Foto:Kiki Budi Hartawan/AKTUALITAS.ID

CAWE-CAWE itu netral sebenarnya, kalau dimaknai dari arti katanya loh. Urun rembug, ikut serta, membantu, ikut campur, ikut terlibat dan menangani, dan banyak lagi arti yang  sejenisnya.

Tapi di dunia politik, kata itu mendadak berkonotasi negatif dan patut dicurigai, bahkan harus diwaspadai. Apalagi yang ngomong presiden, yaaah udah deh, ribet urusannya.

Awalnya, Presiden Jokowi bilang di depan para pimred media massa nasional kalau dirinya bakal cawe-cawe di pemilu 2024. Langsung gatel dong mulut kaum oposisi. Dan gak perlu waktu lama, ujaran seksi itu langsung disamber ramai-ramai.

Jokowi tidak netral! Jokowi akan bangun politik dinasti! Bahkan ada yang ‘ge-er’ merasa bahwa ini adalah modus untuk menjegal salah satu bacapres. Weleh-weleh…, respon yang sungguh menggemaskan pokoknya….

Akibatnya, protokoler Istana pun merasa perlu memberikan penjelasan -mungkin risih kali- soal pernyataan kepala negara yang mengaku bakal ikut cawe-cawe untuk negara dalam pemilu.

Jadi ada lima konteks yang dijelaskan, pertama, Jokowi ingin memastikan Pemilu serentak 2024 nanti bisa berlangsung demokratis, jujur dan adil.

Kedua, Jokowi berkepentingan atas terselenggaranya pemilu yang baik dan aman, tanpa meninggalkan polarisasi atau konflik sosial di masyarakat.

Ketiga, Jokowi ingin pemimpin nasional ke depan dapat mengawal dan melanjutkan kebijakan-kebijakan strategis seperti pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara, hilirisasi, transisi energi bersih, dan lain-lain.

Keempat, Jokowi berharap seluruh peserta pemilu berkompetisi secara fair, jadi presiden selaku kepala negara akan menjaga netralitas TNI, Polri, dan ASN.

Presiden juga ingin agar para pemilih mendapat informasi dan berita yang berkualitas tentang peserta pemilu dan proses pemilu. Hal itu jelas akan membantu pemerintah dalam mencegah berita hoaks maupun black campaign melalui media sosial.

“Apa iya saya diam saja kalau ada riak-riak yang membahayakan bangsa dan negara selama pemilu berlangsung? Itu tanggung jawab moral saya sebagai kepala negara demi keamanan bangsa.”

Mungkin Pak Jokowi gemes karena ucapannya selalu disalahartikan dan digoreng hingga garing oleh lawan politiknya, yang sebenarnya juga itu itu saja sih.

Tapi kan kalau gak ada yang kontra jadi gak rame, masa tahun politik adem-adem aja, gak serulah. Maka nikmati saja fragmen-fragmen seru lain dari para ‘pejuang’ politik beragam partai di Indonesia ini, yang kadang dibumbui sentilan dan kelucuan dari dedengkot empunya partai.

Biar makin greget, ada baiknya kalau semua orang ikut cawe-cawe biar pemilu di kampung-kampung juga meriah dan seru seperti di Jakarta yang selalu gaduh. [Samsu Drajat/Red]

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>