PBB: Gaza Tidak Dapat Dihuni Lagi, Kelaparan Massal Akan Terjadi


Keluarga pengungsi Palestina sarapan seadanya di tenda darurat di kawasan Muwasi, Gaza selatan, Senin, 1 Januari 2024. (AP)

AKTUALITAS.ID – Kepala Bantuan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa Martin Griffiths mengakui Gaza dalam kondisi yang amat buruk setelah Israel menghancurkannya selama tiga bulan. Saking buruknya, Gaza dinilai sudah tidak dapat dihuni lagi. Selain hujan bom yang mengerikan, ancaman kelaparan juga semakin nyata.

Dalam penilaiannya yang suram mengenai dampak buruk respons militer Israel terhadap serangan Hamas yang mengerikan pada 7 Oktober, Martin Griffiths mengatakan bahwa 2,3 juta penduduk Gaza menghadapi “ancaman setiap hari terhadap keberadaan mereka” sementara dunia hanya menyaksikannya.

Dia mengatakan puluhan ribu orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas atau terluka, banyak keluarga tidur di tempat terbuka karena suhu udara turun drastis, dan kawasan di mana warga Palestina diminta untuk pindah telah dibom.

“Masyarakat menghadapi tingkat kerawanan pangan tertinggi yang pernah tercatat (dan) kelaparan akan segera terjadi,” kata Griffiths.

Beberapa rumah sakit yang berfungsi kini kewalahan dan kekurangan pasokan. Penyakit menular menyebar, dan di tengah kekacauan tersebut, sekitar 180 wanita Palestina melahirkan setiap hari.

Griffiths menegaskan kembali tuntutan PBB untuk segera mengakhiri perang dan pembebasan semua sandera. “Sudah waktunya bagi komunitas internasional untuk menggunakan seluruh pengaruhnya untuk mewujudkan hal ini,” tegasnya.

Dia mengatakan komunitas kemanusiaan menghadapi misi hampir mustahil untuk bisa membantu lebih dari 2 juta orang di Gaza, di saat para pekerja bantuan terbunuh, pemadaman komunikasi terus berlanjut, jalan-jalan rusak, konvoi truk membawa bantuan ditembaki.

Sementara itu, badan anak-anak PBB UNICEF mengatakan, sebagian besar anak kecil dan perempuan hamil di Jalur Gaza tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi dasar mereka. “Anak-anak di Jalur Gaza menghadapi tiga ancaman mematikan pada kehidupan mereka, ketika kasus penyakit meningkat, gizi buruk dan meningkatnya permusuhan,” kata UNICEF.

“Ribuan anak telah meninggal akibat kekerasan tersebut, sementara kondisi kehidupan anak-anak terus memburuk dengan cepat, dengan meningkatnya kasus diare dan meningkatnya kesulitan pangan di kalangan anak-anak, meningkatkan risiko meningkatnya kematian anak,” tambahnya.

Hanya sedikit bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah Palestina itu. Kurang dari 200 truk bantuan masuk setiap hari, kurang dari setengah jumlah truk bantuan sebelum perang, dan kelompok bantuan mengatakan pertempuran telah menghambat distribusi bantuan.

“Anak-anak di Gaza terjebak dalam mimpi buruk yang semakin memburuk dari hari ke hari,” kata Catherine Russell, direktur eksekutif UNICEF. 

“Anak-anak dan keluarga di Jalur Gaza terus terbunuh dan terluka dalam pertempuran tersebut, dan mereka yang masih hidup semakin berisiko akibat penyakit serta kekurangan makanan dan air. Semua anak-anak dan warga sipil harus dilindungi dari kekerasan dan memiliki akses terhadap layanan dan pasokan dasar,” katanya.

UNICEF mengatakan pihaknya sangat khawatir terhadap gizi lebih dari 155.000 perempuan hamil dan ibu menyusui, serta lebih dari 135.000 anak balita, mengingat kebutuhan dan kerentanan gizi spesifik mereka.

Para pejabat PBB sebelumnya mengatakan bahwa satu dari empat warga Gaza mengalami kelaparan.

UNICEF mengatakan kasus diare pada anak di bawah usia 5 tahun telah meningkat dari 48.000 menjadi 71.000 hanya dalam satu minggu sejak 17 Desember, setara dengan 3.200 kasus diare baru per hari, yang merupakan indikasi gizi buruk. Biasanya, hanya 2.000 kasus diare yang dilaporkan setiap bulannya di Jalur Gaza.   (YAN KUSUMA/RAFI)

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>