Rupiah Anjlok,  Beban Hidup Masyarakat Makin Berat


Ilustrasi. Petugas bank menunjukkan lembaran uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (12/12/2023). (Dok: Antara Foto)

AKTUALITAS.ID – Dalam beberapa hari terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah, mencapai titik terendahnya pada Jumat lalu, dengan kurs mencapai Rp16.200 per dolar AS. Hal ini membuat beban hidup bagi masyarakat semakin berat, terutama bagi kaum wong cilik yang penghasilannya pas-pasan.

Menurut Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif Center of Economics and Law Studies (Celios), pelemahan mata uang Garuda ini berdampak luas terhadap masyarakat. Kenaikan harga barang, khususnya bahan pangan yang diimpor dari luar negeri, menjadi salah satu dampak yang dirasakan langsung. 

“Harga kebutuhan pokok terutama yang impor pasti naik. Kenaikan harga itu, tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan mereka,” ujarnya.

Dampak lainnya adalah kenaikan harga komoditas energi, terutama bahan bakar minyak (BBM), yang berpotensi meningkatkan biaya transportasi. 

“Nah, kalau faktor transportasi kena maka lainnya bakalan kena. Biaya hidup atau rumah tangga semakin tinggi. Sementara pendapatan tidak naik. Atau naiknya lebih rendah,” tambah Bhima.

Bukan hanya itu, masyarakat yang masih memiliki tanggungan kredit rumah (KPR), kendaraan, smartphone, atau lainnya, juga akan merasakan dampaknya. Kenaikan cicilan bank sebagai akibat dari tingginya inflasi menjadi beban tambahan bagi mereka. “Ketika inflasi tinggi, peluang suku bunga tinggi semakin besar,” paparnya.

Eisha Maghfiruha Rachbini, seorang ekonom dari Indef, menambahkan bahwa situasi saat ini sangat sulit karena nilai tukar rupiah telah menembus batas psikologis Rp16.000 per dolar AS. Dia menekankan pentingnya peran Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan inflasi. “Ini dampaknya ke mana-mana. Daya beli melemah, demikian pula sektor riil,” ungkap Eisha.

Namun, ada harapan bahwa pemulihan mata uang Garuda bisa terjadi jika Bank Indonesia mampu menjaga stabilitas dan mendapatkan dukungan dari kebijakan yang tepat. 

“Ketika The Fed menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR), maka rupiah bakal menguat dalam waktu cepat. Akan banyak aliran dana asing yang masuk ke Indonesia,” ungkap Eisha.

Meskipun kondisi ekonomi saat ini menantang, ada optimisme bahwa dengan strategi yang tepat dari pemerintah dan Bank Indonesia, serta dukungan dari berbagai sektor, Indonesia dapat mengatasi tantangan ini dan menuju pemulihan ekonomi yang lebih baik. (YAN KUSUMA/RAFI)

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>