Connect with us

EKBIS

Ironi Pagi: Dolar AS Melemah, Rupiah Justru Makin Terkulai ke Rp16.331

Aktualitas.id -

Ilustrasi, Foto: Ist

AKTUALITAS.ID – Pemandangan tak biasa tersaji di pasar keuangan pada Senin pagi (2/6/2025). Nilai tukar (kurs) rupiah dibuka tak berdaya terhadap dolar Amerika Serikat (AS), melanjutkan tren pelemahan, meskipun indeks dolar AS sendiri tengah berada dalam tekanan. Kondisi ini mencerminkan sentimen pasar yang masih dibayangi kekhawatiran terhadap prospek kebijakan global, terutama terkait ancaman tarif baru dari Presiden Donald Trump.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.05 WIB di pasar spot exchange, rupiah tergelincir 5 poin atau 0,03% ke level Rp 16.331,5 per dolar AS. Pelemahan ini menyusul penutupan perdagangan Rabu (28/5/2025) lalu, di mana mata uang Garuda juga ditutup melemah 9,5 poin (0,06%) di posisi Rp 16.296 per dolar AS.

Ironisnya, pelemahan rupiah terjadi di saat indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang utama lainnya, juga terpantau turun 0,12 poin ke level 99,2. Pelemahan dolar AS ini, seperti dikutip dari Reuters, dipicu oleh pertimbangan pasar terhadap rencana Presiden Donald Trump yang akan menggandakan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50% mulai Rabu mendatang. Kebijakan ini dikhawatirkan dapat menekan pertumbuhan ekonomi global dan memicu inflasi.

“Dolar AS memulai pekan ini dalam posisi tertekan setelah Trump mengatakan pada Jumat malam bahwa ia berencana menggandakan tarif,” demikian laporan Reuters.

Pasar keuangan global memang tengah sensitif terhadap dinamika perang dagang yang dipicu oleh kebijakan Trump. Dalam beberapa minggu terakhir, dolar AS sendiri telah mengalami fluktuasi tajam; melemah saat ketegangan meningkat dan memicu kekhawatiran resesi, namun sempat sedikit menguat pekan lalu setelah ada sinyal positif pembicaraan dengan Uni Eropa dan intervensi pengadilan perdagangan AS yang memblokir sebagian tarif Trump.

Meskipun dolar AS secara umum melemah terhadap sejumlah mata uang Asia lainnya pagi ini, rupiah tampaknya belum mampu memanfaatkan momentum tersebut. Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun justru terlihat naik 21 poin ke level 4,42%, mengindikasikan dinamika pasar obligasi yang juga perlu dicermati investor. Pelemahan rupiah di tengah koreksi indeks dolar ini menunjukkan bahwa faktor domestik atau sentimen risiko terhadap aset negara berkembang mungkin masih lebih dominan menekan mata uang Garuda. (Yan Kusuma/Mun)

TRENDING

Exit mobile version