OASE
Hukum Merayakan Tahun Baru dalam Islam, Antara Tradisi dan Tuntunan Syariat

AKTUALITAS.ID – Setiap pergantian tahun, perayaan malam tahun baru menjadi momen yang dinanti oleh banyak kalangan, dengan berbagai kegiatan seperti pesta kembang api, hiburan, hingga refleksi bersama keluarga. Namun, bagaimana Islam memandang tradisi ini? Apakah merayakan tahun baru sesuai dengan tuntunan syariat?
Panduan Islam dalam Merayakan Hari-Hari Khusus
Islam mengatur segala aspek kehidupan umatnya, termasuk perayaan hari-hari tertentu. Rasulullah SAW telah memberikan panduan jelas tentang hari raya yang disyariatkan. Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian dua hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.”
Hadis ini menegaskan bahwa umat Islam memiliki dua hari raya utama yang telah ditetapkan oleh syariat, yakni Idul Fitri dan Idul Adha. Perayaan lain yang tidak memiliki dasar syariat, apalagi jika mengandung unsur maksiat atau menyerupai tradisi non-Islam (tasyabbuh), dianjurkan untuk dihindari.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang tidak menghadiri az-zur (perkara batil atau palsu).” (QS. Al-Furqan: 72)
Sebagian ulama tafsir seperti Ibn Katsir menjelaskan bahwa “az-zur” mencakup segala bentuk perayaan yang tidak bernilai ibadah dan mengandung unsur kemaksiatan.
Hukum Merayakan Tahun Baru Masehi
Merayakan tahun baru masehi bukan bagian dari tradisi Islam. Sejarahnya, perayaan ini berasal dari tradisi non-Islam yang berkaitan dengan pergantian kalender masehi. Dalam Islam, menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia bertentangan dengan prinsip syariat. Allah SWT berfirman:
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39)
Ulama memiliki pandangan yang berbeda terkait perayaan tahun baru. Sebagian membolehkan dengan syarat tidak ada unsur maksiat, sedangkan sebagian lainnya melarang untuk menghindari tasyabbuh dan menyia-nyiakan waktu. Rasulullah SAW mengingatkan dalam hadis:
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya, untuk apa dihabiskan.” (HR. Tirmidzi)
Introspeksi Diri dan Resolusi Kebaikan
Meski perayaan tahun baru tidak dianjurkan dalam Islam, pergantian tahun dapat dimanfaatkan untuk introspeksi diri dan membuat resolusi kebaikan. Menjadikan momen ini sebagai pengingat untuk meningkatkan amal ibadah dan memperbaiki hubungan dengan Allah jauh lebih bernilai.
Sebagai umat Muslim, berhati-hati dalam mengikuti tradisi yang tidak berasal dari Islam sangat penting. Mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti ibadah, memperbanyak doa, atau membantu sesama, jauh lebih sesuai dengan ajaran agama.
Semoga kita senantiasa diberi hidayah untuk menjalani kehidupan sesuai dengan syariat-Nya. Selamat memanfaatkan waktu dengan penuh keberkahan! (KAISAR/RIHADIN)
-
NASIONAL22/03/2025
Prabowo Bangun 200 Sekolah Rakyat untuk Putus Mata Rantai Kemiskinan
-
OLAHRAGA22/03/2025
Legenda Tinju George Foreman Meninggal Dunia di Usia 76 Tahun
-
NASIONAL22/03/2025
DPR Desak Polisi Tangkap Preman Berkedok Ormas Pemalak THR
-
RAGAM22/03/2025
Masjid Jami al-Mansyur: Jejak Sejarah Perjuangan dan Keindahan Arsitektur di Kampung Sawah Lio
-
NASIONAL22/03/2025
Prabowo Minta Jajaran Kabinet Perbaiki Komunikasi dengan Masyarakat
-
NASIONAL22/03/2025
MK Sahkan aturan Baru Bagi Caleg Terpilih yang akan Maju di Pilkada
-
EKBIS22/03/2025
Harga Kripto Hari ini, Bitcoin tertekan, BNB Menghijau
-
OASE23/03/2025
Apa itu Iblis, Setan, dan Jin? Berikut Penjelasannya