Connect with us

OASE

Adab Bermedia Sosial dalam Islam: Bijak, Beretika, dan Bertanggung Jawab

Aktualitas.id -

Ilustrasi - Bermedia sosial dalam Islam (Freepik)

AKTUALITAS.ID – Di era digital yang semakin maju, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Berbagai informasi dapat diakses dalam hitungan detik, dan komunikasi menjadi lebih mudah. Namun, di balik kemudahan ini, seorang Muslim harus tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam dalam berinteraksi di dunia maya.

Islam mengajarkan bahwa setiap ucapan dan perbuatan, termasuk yang dilakukan di media sosial, memiliki konsekuensi di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam” (HR Bukhari dan Muslim).

Hadis ini mengingatkan kita agar selalu berhati-hati dalam menyebarkan informasi, menghindari fitnah, gibah, serta ujaran kebencian yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk memahami adab dalam bermedia sosial agar tetap sejalan dengan ajaran Islam.

1. Jujur dan Verifikasi Sebelum Membagikan Informasi

Dalam bersosial media, kejujuran adalah prinsip utama. Menyebarkan berita bohong atau fitnah tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga bertentangan dengan ajaran Islam. Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya” (QS Al-Hujurat: 6).

Hoaks dan informasi yang tidak benar bisa menimbulkan perpecahan dan keresahan di masyarakat. Oleh sebab itu, seorang Muslim wajib melakukan tabayyun (klarifikasi) sebelum membagikan suatu berita.

2. Menghindari Fitnah dan Gibah

Salah satu bahaya terbesar di media sosial adalah mudahnya seseorang terjebak dalam gibah (menggunjing) dan fitnah. Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah kamu saling membenci, janganlah kamu saling cemburu, dan janganlah kamu saling membelakangi. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara” (HR Muslim).

Mengomentari keburukan seseorang, menyebarkan aib, atau bahkan mempermalukan orang lain di media sosial bukanlah sikap yang dibenarkan dalam Islam. Sebaliknya, kita harus menjaga lisan dan jari kita dari hal-hal yang dapat merugikan orang lain.

3. Berbicara dengan Baik dan Positif

Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berkata baik dan menyebarkan kebaikan. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang baik’” (QS Al-Isra: 53).

Komentar atau unggahan yang bernada negatif, kasar, dan menyakitkan dapat memicu permusuhan. Sebaliknya, konten yang positif dan inspiratif akan memberikan manfaat bagi banyak orang.

4. Bertanggung Jawab atas Konten yang Dibagikan

Setiap postingan, komentar, atau pesan yang kita bagikan di media sosial akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Oleh karena itu, seorang Muslim harus memastikan bahwa informasi yang ia sebarkan benar, tidak menyesatkan, serta tidak menimbulkan dampak negatif bagi orang lain.

Dalam Islam, setiap tindakan memiliki konsekuensi. Jika suatu unggahan menimbulkan perpecahan atau kebencian, maka dosa juga akan mengalir kepada orang yang menyebarkannya.

5. Menghindari Cyberbullying dan Ujaran Kebencian

Fenomena cyberbullying atau perundungan di dunia maya semakin marak terjadi. Islam melarang segala bentuk tindakan yang menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Rasulullah SAW bersabda:

“Seorang Muslim adalah orang yang selamat dari lisan dan tangannya” (HR Bukhari).

Menghina, mencaci, atau mengolok-olok seseorang di media sosial bukan hanya melanggar etika Islam, tetapi juga dapat menimbulkan dampak psikologis yang buruk bagi korban. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam berkomentar.

6. Kebebasan Berekspresi dengan Tanggung Jawab

Islam tidak melarang kebebasan berekspresi, namun tetap ada batasan yang harus diperhatikan. Kebebasan tidak berarti boleh mengatakan apa saja tanpa memikirkan akibatnya.

Seorang Muslim harus menyadari bahwa setiap perkataan yang ia tulis di media sosial bisa berpengaruh pada orang lain. Oleh karena itu, gunakan kebebasan berekspresi dengan bijak, tetap berlandaskan etika, dan tidak melanggar norma agama.

Media Sosial sebagai Sarana Kebaikan

Dengan menerapkan prinsip-prinsip di atas, media sosial dapat menjadi alat yang positif untuk menyebarkan kebaikan, meningkatkan ukhuwah Islamiyah, serta memperkuat hubungan antar sesama.

Sebagai Muslim, mari kita jadikan media sosial sebagai ladang pahala dengan menyebarkan konten yang bermanfaat, menghindari konflik, serta menjaga etika dalam setiap interaksi. Dengan begitu, kita tidak hanya mendapat manfaat di dunia, tetapi juga di akhirat.  (YAN KUSUMA/RIHADIN)

TRENDING

Exit mobile version