Connect with us

OTOTEK

Produsen Mobil Jepang Kembangkan Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Aktualitas.id -

Arsip Foto - Pekerja menyelesaikan proses perakitan mobil listrik Volkswagen saat acara penyelesaian konstruksi pabrik kendaraan listrik SAIC Volkswagen MEB di Shanghai, China, Jumat (8/11/2019). (REUTERS)

AKTUALITAS.ID – Sejumlah produsen mobil terkemuka asal Jepang memilih jalur inovatif dalam menghadapi tantangan emisi karbon. Alih-alih mengikuti tren global elektrifikasi kendaraan, mereka justru mengembangkan bahan bakar alternatif dari limbah nonpangan seperti kayu, rumput liar, hingga kertas daur ulang.

Dilansir dari Carscoops, Kamis (10/7/2025), empat raksasa otomotif Jepang—Toyota, Nissan, Mazda, dan Subaru—bekerja sama dengan perusahaan energi ENEOS untuk menciptakan bahan bakar sintetis rendah karbon. Uji coba pertama akan dilakukan dalam ajang balap Super Taikyu Jepang pada kelas khusus ST-Q, yang dirancang untuk pengembangan teknologi masa depan.

Berbeda dari etanol konvensional yang bersumber dari jagung atau tebu (seperti E85), bahan bakar ini menggunakan biomassa nonpangan. Artinya, tidak ada persaingan dengan sektor pertanian atau pangan, yang selama ini menjadi tantangan utama dalam produksi biofuel. Limbah seperti kayu dan kertas daur ulang diolah menjadi etanol, kemudian dicampur dengan bensin untuk menciptakan bahan bakar ramah lingkungan.

“Untuk memangkas emisi lebih jauh, kita harus mengurangi CO₂ dari bahan bakar cair yang digunakan kendaraan. Karena itu, kami mendorong riset dan pemanfaatan e-fuels, bahan bakar sintetis, serta biofuel seperti yang digunakan dalam Super Taikyu hari ini,” ujar Chief Technology Officer ENEOS, Yuichiro Fujiyama.

Para pabrikan otomotif Jepang juga mencontoh keberhasilan Brasil yang telah lama menggunakan teknologi flex-fuel. Di sana, etanol dari tebu dijual lebih murah dibandingkan bensin berkat subsidi pemerintah, dan kendaraan berbahan bakar campuran telah menjadi hal umum.

Meski begitu, ENEOS menegaskan bahwa subsidi bukan satu-satunya kunci. “Faktor terpenting adalah kesediaan masyarakat untuk berkontribusi dalam mencegah pemanasan global, bahkan jika itu berarti harus membayar lebih mahal,” kata Fujiyama.

Chief Technology Officer Subaru, Tetsuo Fujinuki, menambahkan bahwa pendekatan multi-solusi sangat penting dalam industri otomotif. 

“Mobil adalah produk yang memikat. Karena itu, kita harus menjawab tantangan lingkungan seperti emisi dan netralitas karbon dengan berbagai pendekatan, termasuk bahan bakar karbon netral,” ujarnya.

Dengan pendekatan ini, Jepang menunjukkan komitmennya dalam menciptakan masa depan mobilitas yang lebih hijau—tak hanya lewat kendaraan listrik, tetapi juga lewat inovasi bahan bakar yang berkelanjutan. (PURNOMO/DIN) 

TRENDING

Exit mobile version