Akibat Pandemi Corona, Surat Kabar India Terancam Bangkrut


India memutuskan lockdown mulai 25 Maret-14 April 2020 (Foto: Getty Images/Getty Images)

Sejumlah perusahaan surat kabar di India dilaporkan mengalami kerugian akibat dampak pandemi virus corona (Covid-19) dan terancam bangkrut.

Dalam beberapa tahun terakhir, surat kabar tetap menjadi andalan di India. Namun, era digital membuat penjualan surat kabar juga merosot di seluruh dunia.

Dampak dari penguncian wilayah (lockdown) India pada 25 Maret lalu mengakibatkan surat kabar harian tidak dapat dicetak. Para loper koran terpaksa tidak mengirim surat kabar ke rumah-rumah karena warga takut mereka membawa virus corona. Para pengiklan juga mulai menarik diri.

Dilansir AFP, di Mumbai ratusan wartawan telah diberhentikan atau mengalami pemotongan gaji. Salah satu badan amal melakukan aksi sosial dengan mengirimkan paket makanan untuk para wartawan yang menganggur.

“India sejak lama menentang serbuan (era) digital, tapi sekarang beberapa surat kabar nasional khawatir bagaimana mereka bisa kembali mendapatkan pembaca,” kata seorang editor kepada AFP.

Surat kabar berbahasa Inggris di Pune dan Goa ditutup bulan ini. Sementara surat kabar nasional seperti Hindustan Times dan Times of India yang memiliki sirkulasi lebih dari dua juta sebelum krisis telah memberhentikan sejumlah staf, memotong upah, dan menutup kantor mereka.

Pihak The Hindustan Times mengatakan melalui surel kepada stafnya bahwa mereka rugi sekitar US$ 500.000 dalam sehari.

Surat kabar regional Mathrubhumi yang berbasis di negara bagian Kerala juga mengalami penurunan jumlah iklan dari sekitar US$ 6 juta per bulan, menjadi US$ 500.000. Fakta itu diketahui berdasarkan pengakuan Direktur Pelaksana Bersama Mathrubhumi, Shreyams Kumar.

Surat kabar India cukup terpukul oleh perekonomian yang goyah bahkan sebelum pandemi melanda. Namun, seorang direktur kelompok usaha yang menerbitkan harian The Hindu, N. Ram, dan surat kabar regional lainnya mengatakan kondisi ini semakin sulit karena iklan sudah tidak bisa diandalkan.

Mereka memperkirakan telah merugi sebanyak jutaan dolar.

“Kami tidak tahu kapan pasar iklan akan pulih,” kata Ram kepada AFP.

Menurut Asosiasi Koran Dunia dan Penerbit Berita (WAN-IFRA), surat kabar dan majalah India digunakan untuk menarik sekitar US$ 3 miliar dolar iklan per tahunnya.

Manajer pengembangan bisnis WAN-IFRA di India, Magdoom Mohamed mengatakan surat kabar kehilangan 75-85 persen iklan di Maret dan April lalu.

Sementara kelompok media India mulai banyak berinvestasi dalam berita daring.

Wartawan India merasa telah diperlakukan buruk karena upah mereka dipotong dan gaji mereka terlambat dibayar. Banyak wartawan mengatakan mereka telah meliput berita tragis terkait virus corona tanpa dibekali alat pelindung yang memadai.

“Suatu hari saya kembali diberitahu bahwa ada pemotongan gaji,” kata seorang wartawan di Indian Express.

“Sementara media menghadapi tekanan, fakta bahwa mereka bergerak cepat untuk melakukan pemotongan gaji saat ada ketidakpastian dan kecemasan ekstrem, itu sangat tidak etis. Mereka menunjukkan kurangnya kepedulian terhadap karyawan mereka,” kata salah satu pendiri Free Speech Collective, Geeta Seshu.

Kantor konsultasi KPMG memperkirakan sebelum pandemi, pendapatan iklan di surat kabar akan tetap stabil selama beberapa tahun ke depan.

“Sekarang semuanya berubah,” kata salah seorang editor yang enggan disebutkan namanya karena tidak diperkenankan membahas bisnis perusahaan.

“Hanya (orang berusia) di atas 35-an yang membaca koran dan bahkan mereka harus mendapatkan berita dari sumber digital dan televisi selama lebih dari dua bulan,” tambahnya.

Kepala Eksekutif Lembaga Riset TRA, N Chandramouli, mengatakan bahkan sebelum pandemi, surat kabar dan saluran televisi di India telah memberhentikan ribuan staf karena perlambatan ekonomi.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>