Lonjatan Impor Senjata Pistol Hingga Revolver Cs ke Indonesia


ILUSTRASI, Foto; Istimewa

AKTUALITAS.ID – Indonesia masih mengimpor senjata api genggam seperti pistol dan revolver dan lainnya dalam jumlah besar. Setidaknya dalam beberapa tahun terakhir, juga ada lonjakan di awal tahun 2020.

Data CEIC mencatat total nilai impor senjata ke Indonesia dari periode Januari 2017 sampai Maret 2020 mencapai angka US$ 250 juta. Impor terbesar adalah Senjata Non Pistol & Revolver (HS 9301) dengan nilai mencapai US$ 116,83 juta. Bahkan, momen puncak impor tertinggi adalah di Maret 2020 dengan nilai mencapai US$ 63,76 juta, naik jauh dari bulan sebelumnya yang hanya US$ 1,26 juta.

Sementara Impor Bagian & Aksesoris Senjata (HS 9305) jauh di bawahnya sebesar US$ 23,61 juta. Pada Maret nilai impor hanya berada di angka US$ 0,26 juta . Nilai impor tertinggi dalam satu tahun terakhir ada pada Mei 2019 lalu dimana nilainya mencapai US$ 4,06 juta.

Adapun Impor Pistol & Revolver (HS 9302) impornya mencapai US$ 110,06 juta. Angka impor terbesar terjadi pada awal tahun lalu, dimana nilainya mencapai US$ 72,78 juta.

Data BPS justru menunjukkan angka lebih besar lagi tapi tak spesifik jenisnya. Kepala BPS Suhariyanto sempat menyinggung impor barang konsumsi yang mengalami peningkatan tertinggi pada Maret 2020 dibandingkan Maret 2019 maupun Februari 2020.

Nilai impor barang konsumsi selama Maret 2020 tercatat US$ 1,27 miliar. Meningkat 43,80% (mtm) dan 10,66% (YoY). Peningkatan ini terutama disebabkan oleh melonjaknya impor senjata dan amunisinya.

Dari data BPS, impor senjata dan amunisi serta bagiannya yang masuk dalam HS-93 tercatat sebesar US$ 187,1 juta di Maret 2020. Impor ini meningkat US$ 185 juta dibandingkan Maret 2019 yang tercatat hanya US$ 2,1 juta. Nilai impor ini meroket tajam sekitar 8.809,52%.

“Ini memang impor rutin yang dilakukan setiap tahun untuk pertahanan dan keamanan negara kita. Kebetulan di 2020 di bulan Maret,” ujarnya, Rabu (15/4/2020).

Dibandingkan dengan Februari 2020, impor senjata juga mengalami peningkatan tajam hingga US$ 184,6 juta. Dimana impor senjata Maret 2020 tercatat 187,1 juta dan di Februari 2020 hanya US$ 2,5 juta. Nilai impor ini juga meningkat sebesar 7.384%.

Adapun Impor Pistol & Revolver (HS 9302) impornya mencapai US$ 110,06 juta. Angka impor terbesar terjadi pada awal tahun lalu, dimana nilainya mencapai US$ 72,78 juta.

Data BPS justru menunjukkan angka lebih besar lagi tapi tak spesifik jenisnya. Kepala BPS Suhariyanto sempat menyinggung impor barang konsumsi yang mengalami peningkatan tertinggi pada Maret 2020 dibandingkan Maret 2019 maupun Februari 2020.

Nilai impor barang konsumsi selama Maret 2020 tercatat US$ 1,27 miliar. Meningkat 43,80% (mtm) dan 10,66% (YoY). Peningkatan ini terutama disebabkan oleh melonjaknya impor senjata dan amunisinya.

Dari data BPS, impor senjata dan amunisi serta bagiannya yang masuk dalam HS-93 tercatat sebesar US$ 187,1 juta di Maret 2020. Impor ini meningkat US$ 185 juta dibandingkan Maret 2019 yang tercatat hanya US$ 2,1 juta. Nilai impor ini meroket tajam sekitar 8.809,52%.

“Ini memang impor rutin yang dilakukan setiap tahun untuk pertahanan dan keamanan negara kita. Kebetulan di 2020 di bulan Maret,” ujarnya, Rabu (15/4/2020).

Dibandingkan dengan Februari 2020, impor senjata juga mengalami peningkatan tajam hingga US$ 184,6 juta. Dimana impor senjata Maret 2020 tercatat 187,1 juta dan di Februari 2020 hanya US$ 2,5 juta. Nilai impor ini juga meningkat sebesar 7.384%.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>