Soal LCS, 3 Kapal Induk AS Latihan di Laut Filipina


Kapal induk bertenaga nuklir Amerika Serikat, USS Theodore Roosevelt. Foto/REUTERS

Tiga kapal induk Amerika Serikat melakukan latihan di dekat Laut China Selatan, tepatnya di Laut Filipina pada pekan lalu. Manuver itu merupakan kali pertama sejak 2017.

Latihan tersebut dilakukan ketika ketegangan antara AS dan China, yang mengklaim sebagian besar wilayah di Laut China Selatan, meningkat di perairan itu.

Pada Minggu (21/6), Armada Angkatan Laut AS di Pasifik mengatakan dua kapal induknya, USS Theodore Roosevelt dan USS Nimitz memulai operasi penerbangan bersama dari kapal induk mereka di Laut Filipina.

Kedua kapal induk dijadwalkan melakukan serangkaian latihan seperti latihan pertahanan udara, pengawasan laut, pengisian bahan bakar, latihan pertempuran udara defensif, latihan serangan jarak jauh, dan manuver terkoordinasi.

“Ini adalah kesempatan besar bagi kami untuk berlatih bersama dalam skenario yang kompleks,” kata Komandan Carrier Strike Group 9 AS, Laksamana Muda Doug Verissimo, seperti dilansir Japan Times.

“Dengan latihan bersama dalam kondisi lingkungan seperti sekarang ini, kami bisa meningkatkan keterampilan taktis dan kesiapan kami dalam menghadapi tekanan yang meningkat dan masa pandemi Covid-19,” ujarnya.

Secara terpisah, kapal induk AS yang bermarkas di Yokosuka, Jepang, USS Ronald Reagan, juga melakukan latihan operasi laut di Laut Filipina.

Meski begitu, militer AS tak menjelaskan di bagian Laut Filipina mana ketiga kapal induk itu beroperasi dan latihan.

Namun, Selat Luzon antara Taiwan dan Filipina merupakan pintu gerbang menuju Laut China Selatan yang selama ini menjadi sengketa Tiongkok dengan sejumlah negara Asia Tenggara.

Dilansir Sputnik, Armada Angkatan Laut AS di Pasifik menuturkan bahwa rangkaian latihan yang dilakukan ketiga kapal induk itu untuk “mendemonstrasikan kepada dunia bahwa Amerika memiliki kapabilitas unik untuk mengoperasikan sejumlah kapal induk penyerang dalam jarak dekat”.

“Operasi gabungan ini menunjukkan ketahanan dan kesiapan angkatan laut kami dan merupakan pesan kuat dari komitmen kami terhadap keamanan dan stabilitas di kawasan ini karena kami melindungi hak-hak yang sangat penting di sini, yakni kebebasan dan penggunaan laut secara sah untuk kepentingan semua bangsa,” ucap Komandan USS Nimitz, Laksamana Muda James Kirk.

Pengerahan tiga kapal induk AS ke pintu gerbang Laut China Selatan ini telah diketahui China sebelumnya dan membuat geram negara tersebut. Melalui media pemerintahnya, Global Times, China pada pekan lalu menegaskan tidak akan mundur untuk membela kepentingan negaranya di Laut China Selatan.

China bahkan mengatakan bahwa negaranya memiliki rudal anti-kapal DF-21D dan DF-26 yang dapat diandalkan dalam mengamankan kepentingan mereka di Laut China Selatan.

“China memiliki senjata pembunuh kapal induk seperti rudal balistik anti-kapal DF-21D dan DF-26,” kata surat kabar yang disponsori negara itu.

Ketegangan AS-China di Laut China Selatan kembali memanas terutama setelah Beijing terus meningkatkan agresivitasnya di perairan yang menjadi jalur utama perdagangan internasional itu.

Sejak awal tahun, China terus mengirim puluhan kapal ikannya memasuki Laut China Selatan terutama yang bersinggungan dengan perairan negara lain seperti Malaysia dan Indonesia. Baru-baru ini, kapal China bahkan menyerang kapal nelayan Vietnam di Laut China Selatan demi mempertegas klaim historisnya atas perairan itu.

Meski tidak memiliki sengketa di Laut China Selatan, AS mengecam dan menentang klaim China atas perairan itu.

AS selama ini menganggap Laut China Selatan sebagai perairan internasional sehingga kerap mengerahkan kapal-kapal militernya untuk melakukan operasi kebebasan bernavigasi di wilayah itu, sebuah langkah yang membuat Tiongkok geram.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>