Pengunjuk Rasa Protes Intimidasi dan Kekerasan Yang Dilakukan Aparat Kepolisian Hari Buruh


Ilustrasi, Penangkapan Mahasiswa@Istimewa

AKTUALITAS.ID – Sejumlah elemen yang terlibat dalam Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak) memprotes intimidasi atau kekerasan yang diduga dilakukan aparat keamanan pada aksi Hari Buruh, Sabtu (1/5) kemarin. Mereka menyoroti provokasi dan pengadangan yang terjadi terhadap mahasiswa maupun pelajar yang ikut menjadi bagian unjuk rasa itu.

“Kita ditanyakan surat izin melakukan aksi, kita sudah menyampaikan bukti tapi pihak Kepolisian tidak menerima, padahal di sini Gebrak,” kata Koordinator Pusat BEM SI Wahyu Suryono saat jumpa pers di LBH Jakarta, Minggu (2/5/2021).

“Kawan kawan di sini (saat aksi) sudah dibekukan, kita sudah dipisahkan barisannya, barisan mahasiswa, pelajar, dengan barisan para buruh disekat,” sambungnya.

Dia juga menuding beberapa pihak kepolisian yang mencoba melakukan provokasi kepada massa aksi. Mereka memberikan tiga pilihan kepada mahasiswa dan pelajar, yakni digiring ke mobil polisi dengan kondusif, dipaksa bubar, atau dipaksa masuk ke mobil polisi.

“Hal ini tentu menjadi pilihan yang cukup mengerikan, bahwa secara psikologis kita cukup terancam pada dasarnya di depan mahasiswa sudah dikepung, samping kiri kanan belakang sudah siap mobil kepolisian, dan kita tinggal mendapatkan hasil kita pada akhirnya diringkus,” tuturnya.

“Tidak sedikit mendapatkan intimidasi, mendapatkan tindakan represif, banyak almamater yang sobek, banyak pula pelipis yang sobek, banyak pula tindakan represif yang lain,” ujarnya.

Ketua BEM UI Leon Alvinda Putra menilai perlakuan aparat sangat memprihatinkan. Dia menyebut, polisi memaksa mahasiswa masuk ke dalam mobil. Padahal, mahasiswa sudah menegaskan akan bubar dengan damai setelah selesai salat Asar.

“Kalian harus naik mobil, kemudian terjadi tarik-tarikan polisi langsung menarik massa aksi berusaha membubarkan border, memukul massa aksi, bahkan ada satu massa aksi yang terinjak, ada yang berdarah,” ujarnya.

Dia melihat ada salah satu almamater mahasiswa yang robek karena ditarik polisi. Ada pula massa aksi yang dicekik dan dipukul. “Kemudian ada yang dicekik bahkan kita menemukan bukti video ada yang dipukul menggunakan toa kepalanya, ketika dari awal kita itu aksi dengan damai bahkan kita coba mengalah ketika polisi mengancam- mengancam,” ucapnya.

Menurutnya, tindakan aparat sangat tidak layak. Dia bilang, bahwa tidak pernah melihat peraturan apa pun terkait pemuda, pelajar, dan mahasiswa yang dilarang mengikuti aksi di hari buruh.

“Jadi Polda Metro Jaya tidak paham sebuah konsep bahwa buruh dan mahasiswa adalah realitas yang lebih besar, itu realitas masyarakat. Kami sangat mengecam tindakan represif yang dilakukan Polda Metro Jaya kemarin,” kata dia.

Ketua Umum Konfederasi Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Nining Elitos menyayangkan perlakuan aparat kepada aksi massa. Menurutnya, perlakuan aparat tidak mencerminkan demokrasi.

“Kita ingin hidup dalam negara demokrasi tapi sejatinya adalah kita tidak punya kebebasan, kekuasaan yang haus dengan kritik, tapi kita tidak boleh mengkritik, itu realita yang kita hadapi,” ujarnya.

Nining mengungkapkan, ancaman ancaman yang dihadapi sudah ada jauh sebelum pelaksanaan aksi Hari Buruh. Pihaknya kerap dikirimkan pemberitahuan dan berbagai macam pernyataan.

“Terus juga dalam aksi-aksi kita, masing-masing massa, tidak hanya kaum buruh, pelajar, mahasiswa, sektor-sektor lain mulai dari tempat keberangkatan pun sudah mengalami tekanan yang luar biasa, pengadangan luar biasa,” pungkasnya.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>