ICU Penuh, Pasien Covid di Malaysia Sulit Napas Dirawat di IGD


Ilustrasi, Foto: Xiong Qi/Xinhua via AP

Para dokter Malaysia mengeluhkan keburukan sistem kesehatan Negeri Jiran yang menyebabkan ICU di rumah sakit penuh hingga pasien Covid-19 dengan napas tersengal-sengal terpaksa dirawat di IGD.

CEO Rumah Sakit Thomson di Kota Damansara, Nadiah Wan, mengakui bahwa keburukan sistem kesehatan di Malaysia ini sudah terlihat bahkan sebelum lockdown diterapkan karena lonjakan Covid-19 pada 1 Juni lalu.

Menurut Nadiah, rumah sakit-rumah sakit di Malaysia sudah mulai kewalahan sejak sebelum lockdown. Sejumlah pasien dengan gejala Covid-19 kerap terlihat memadati rumah sakit.

“Mereka belum dites, tapi napas mereka sudah tersengal-sengal. Kami tak punya tempat tidur lagi di ICU. Kami harus memasang alat bantu pernapasan di unit gawat darurat atau bangsal biasa,” ujar Nadiah, seperti dikutip Free Malaysia Today, awal pekan ini.

Nadiah pun mempertanyakan upaya pemerintah untuk memastikan sistem kesehatan yang baik, tak hanya kapasitas ICU, tapi juga sumber daya manusia di rumah sakit.

“Anda dapat melihat orang bertanya-tanya mengapa Kementerian Kesehatan tak meningkatkan kapasitas ICU. Bukan hanya tempat tidur, tapi juga orang yang bekerja di ICU. Anda tidak bisa membuat itu dalam satu malam,” tutur Nadiah.

Nadiah menganggap pemerintah harusnya memikirkan berbagai cara untuk meningkatkan kapasitas-kapasitas yang diperlukan tersebut.

Lebih jauh, Nadiah juga menyoroti program vaksinasi Covid-19 di Negeri Jiran yang ia nilai lambat karena tak ada kapasitas dalam negeri untuk memproduksi vaksin.

“Hal sederhana seperti membangun laboratorium, tak hanya membeli peralatan, tapi lebih penting sumber daya untuk menjalankan lab itu,” kata Nadiah.

Nadiah mengungkap keluhan para pekerja medis ini tak lama setelah Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia, Noor Hisham Abdullah, mengumumkan bahwa tingkat keterisian tempat tidur (BOR) di ICU untuk pasien Covid-19 mencapai 104 persen, Minggu (6/6).

Hisham menegaskan bahwa penggunaan tempat tidur yang mencapai 104 persen itu mengkhawatirkan, lantaran tak semua pasien kritis mendapat tempat di ICU.

“Situasi ini tak bisa dianggap enteng, apalagi jika ada pihak yang menyebarkan informasi yang tak akurat mengenai situasi tersebut,” kata Hisham sebagaimana dilansir The Malaysian Reserve.

Malaysia memang sedang mengalami lonjakan kasus Covid-19, meski laporan harian belakangan ini menunjukkan penurunan. Melihat angka Covid-19 yang masih tinggi, pemerintah memutuskan memperpanjang lockdown.

Berdasarkan data pemerintah, total kasus Covid-19 di Malaysia mencapai 667 ribu dengan angka kematian 4.069.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>