Usai Olimpiade Tokyo, WHO Prediksi 100 Ribu Orang Tewas akibat Covid-19


Kepala WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus. (AFP)

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, memprediksi akan ada 100 ribu kematian baru akibat Covid-19 di dunia dari saat ini hingga gelaran Olimpiade berakhir pada 8 Agustus mendatang.

“Pada saat api Olimpiade padam tanggal 8 Agustus, lebih dari 100 ribu orang akan meninggal,” ucap Tedros dalam acara pembukaan Olimpiade Tokyo, sebagaimana dilansir di situs resmi WHO, Rabu (21/7).

Dalam pidatonya, ia juga mengatakan bahwa saat ini, sudah lebih dari 4 juta orang yang meninggal akibat infeksi Covid-19.

Menurut Tedros, banyak orang di dunia sakit dan lelah karena Covid-19. Mereka juga muak karena mata pencaharian mereka terenggut akibat pandemi.

“Muak dengan penderitaan yang ditimbulkan, muak dengan pembatasan dan gangguan. Muak dengan kekacauan terhadap ekonomi dan masyarakat. Muak dengan awan gelap yang menutupi masa depan kita” ucap Tedros.

Selama 19 bulan pandemi, kata Tedros, kondisi dunia lebih parah ketimbang tahap awal gelombang infeksi Covid-19.

“Ini tragis,” ujar Tedros.

Tedros juga menyoroti, meski program vaksinasi sudah menginjak tujuh bulan, tetapi masih ada yang kesulitan mendapat vaksin, terutama negara miskin. Tedros lalu menggambarkan hal tersebut dengan kobaran api yang disiram.

“Jika Anda hanya menyiram satu bagian saja, sisanya akan tetap menyala. Bara dari satu api dapat dengan mudah memicu kobaran api lain yang lebih ganas di tempat lain,” tuturnya.

Baginya, vaksin merupakan alat yang ampuh dan penting. Namun, dunia belum menggunakannya dengan bijak.

Alih-alih dikerahkan secara luas untuk meredam pandemi, vaksin itu hanya berputar di tangan segelintir orang yang beruntung, untuk melindungi orang-orang paling istimewa, termasuk mereka yang berisiko paling rendah.

“Sementara yang paling rentan, tidak terlindungi,” kata Tedros.

Berdasarkan data WHO, sekitar 75 persen vaksin telah diberikan hanya di 10 negara. Di negara-negara berpenghasilan rendah, hanya 1 persen orang yang sudah menerima setidaknya satu dosis.

Angka itu jauh lebih kecil dibanding dengan negara-negara berpenghasilan tinggi, yang tercatat setengah dari populasinya sudah divaksin.

“Kegagalan global untuk berbagi vaksin, tes, dan perawatan termasuk oksigen memicu pandemi menjadi dua jalur: yang kaya membuka diri, sementara yang miskin terkunci,” kata Tedros.

Semakin berlarut ketidaksesuaian ini berlanjut, kian lama pandemi akan berlangsung, begitu pula gejolak sosial dan ekonomi yang ditimbulkannya, kata Tedros.

Semakin banyak transmisi, kata Tedros, semakin banyak varian akan muncul dengan potensi yang lebih berbahaya dari Delta.

Di tengah kekacauan ini, WHO menargetkan setiap negara telah memvaksin penduduknya hingga 70 persen pada pertengahan tahun 2022.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>