Connect with us

Berita

Pandemi, Kapan Berhenti?

Apakah Indonesia bakal melambaikan tangan ke arah kamera dan mengibarkan bendera putih tanda menyerah menghadapi pandemi covid? Tentu semua sepakat untuk mengatakan TIDAK dengan huruf BESAR…! Memang tidak disangkal bila kasus orang yang terpapar covid terus menunjukkan lonjakan, namun itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di negara lain di seluruh dunia. Sebut saja […]

Published

pada

Apakah Indonesia bakal melambaikan tangan ke arah kamera dan mengibarkan bendera putih tanda menyerah menghadapi pandemi covid? Tentu semua sepakat untuk mengatakan TIDAK dengan huruf BESAR…!

Memang tidak disangkal bila kasus orang yang terpapar covid terus menunjukkan lonjakan, namun itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di negara lain di seluruh dunia. Sebut saja misalnya di Myanmar yang kondisinya tidak lebih baik dari Indonesia.

Kudeta militer yang terjadi pada Februari 2021 di Myanmar membuat situasi politik tidak kondusif. Pemerintahnya tak dipercaya rakyat dan akibatnya masalah kesehatan pun terabaikan. Ditemukan fakta bahwa 1 dari 3 orang yang dites ternyata positif covid!

Tengok juga Vietnam yang menerapkan lockdown sampai pertengahan agustus ini, lalu Malaysia yang sudah melakukan lockdown sejak Juni 2021 kemarin.  Thailand pun setali tiga uang, mengalami lonjakan covid yang sama.

Di Indonesia, pemerintah lebih memilih PSBB, yang kemudian berubah nama jadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk menekan penyebaran covid alih-alih melakukan lockdown. 

Apa implikasinya? Ya jelas ada pembatasan-pembatasan aktivitas yang harus dilakukan oleh masyarakat demi  memutus mata rantai penyebaran virus berbahaya ini. Aturan pun dibuat sebagai panduan untuk mempermudah pelaksanaan di lapangan.

Tak bosan-bosannya pemerintah pusat hingga daerah mengingatkan masyarakat agar taat prokes. Pak RT keliling kampung pakai toa, satpol PP mengitari pasar dan lokasi para pedagang kaki lima, bahkan ada gubernur yang turun menyambangi para pedagang dan memborong jualannya untuk membantu ekonomi keluarga si pedagang.

Semua berjalan muluskah? Ternyata tidak! Ada saja kejadian yang membuat kita semua mengelus dada. Beberapa kali viral di medsos bagaimana perlakukan oknum petugas Satpol PP yang bersikap berlebihan dan berujung kekerasan terhadap pedagang kaki lima. Bayangkan, sudah dagangannya disita, gerobak jualannya diangkut, masih pula dimaki-maki. Mari istighfar bersama untuk tragedi ini, Astaghfirullahaladzim…

Mereka, para pedagang yang mengais rejeki harian sebenarnya sudah kepayahan dan ‘sekarat’ dengan aturan yang berlaku yang jelas mengurangi bahkan ada yang sampai mematikan penghasilan hariannya. Semestinya aparat yang bertugas pun tak perlu ‘lebay’ dan sok jagoan.

Mungkin ini saatnya kita kedepankan empati dan nurani untuk saudara-saudara kita yang tidak seberuntung orang-orang kantoran bergaji bulanan yang bisa ‘pura-pura’ kerja sambil ngopi di rumah. Kalau mereka tak keluar rumah menjemput rejeki hariannya, gimana anak-anak mereka beli jajan di warung sebelah?

Alhamdulillah, di saat-saat sulit seperti ini, muncul juga tangan-tangan yang memberikan bantuan dengan menyantuni masyarakat yang terpaksa bergelut dengan risiko karena harus tetap bekerja di tengah pandemi.

Pemerintah pun seperti menghadapi buah simalakama, di satu sisi berusaha menghentikan virus yang meraja lela dengan segenap aturan, tapi di sisi lain juga harus memikirkan nasib rakyat yang menjerit lapar. Bansos pun diluncurkan, ada obat-obatan gratis, bantuan uang, dan sembako untuk masyarakat yang memang terdata sebagai rakyat miskin.

Nah, kalau ada segelintir atau oknum pejabat yang tega mencatut anggaran bansos, ya mohon dimaklumi saja karena ternyata mereka pun masih kekurangan, makanya perlu dikasih makan gratis di penjara.

Yang penting lagi nih, bagi orang-orang pinter di negeri ini, segeralah menyudahi silang sengketa soal penanganan covid, gak perlu debat dan saling menyalahkan. Patuhi prokes yang 5 M itu. Tutup mulut dengan masker biar gak banyak omong, sering-sering cuci tangan biar gak kotor, dan jangan sering berkerumun kalau hanya untuk menggunjing pemerintah. Dan bagi masyarakat, M yang selanjutnya adalah ‘menengo’ (diamlah) dan ‘manuto’ (menurutlah), gak perlu ‘neko-neko’ dan ikuti saja kebijakan yang ada sepanjang masih dalam koridor yang benar.

Covid ini nyata, sudah banyak yang jadi korban, nakes sudah kepayahan, rumah sakit sudah kewalahan, tak guna lagi sikap denial dengan segala teorinya. Semua harus menjaga kesehatan masing-masing dan orang-orang tercinta di sekelilingnya. Jangan lupa vaksin! [Sjamsu/KBH]

#DirumahAja #PakaiMaske #JagaJarak #IngatPesanIbu

Trending

Exit mobile version