Bawa RI Keluar Resesi, Kemendag Nilai Kenaikan Harga Komoditas


Sejumlah pekerja menyelesaikan proyek tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) di depan mal Bekasi Cyber Park (BCP), Jalan. K.H. Noer Ali, Bekasi, Senin (9/3/2020). Pembangunan Tol Becakayu ini merupakan lanjutan seksi 2 A dari Galaxy Bekasi Barat sampai Jalan Veteran Bekasi Setalan dan seksi 2 B yang berlanjut hingga ke wilayah Bekasi Timur yang dimulai pada tahun 2019 lalu. AKTUALITAS.ID/Kiki Budi Hartawan

AKTUALITAS.ID – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menilai kenaikan harga komoditas atau yang dikenal dengan supercycle memiliki andil menopang pertumbuhan positif kuartal II alias keluar dari resesi.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kemendag Kasan menyebut kenaikan harga komoditas ini kemudian berdampak positif bagi nilai perdagangan RI, khususnya dari sisi ekspor.

Sebagai informasi, pada kuartal II 2021 lalu pemerintah mencatat pertumbuhan ekspor sebesar 31,78 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

“Sejak kuartal II lalu kita sudah keluar dari krisis karena pertumbuhan sudah positif di kuartal II. Ada hal lain yang mempengaruhi, ialah isu adanya kenaikan harga-harga komoditas. Kenaikan harga komoditas yang disebut sebagai supercycle rasanya ini pernah kita alami,” kata Kasan pada webinar Gambir Trade Talk 2, Jumat (3/9/2021).

Ia menambahkan bahwa pihaknya tengah mengkaji korelasi antara menggencarkan pembukaan pasar melalui perjanjian perdagangan dengan kenaikan ekspor komoditas. Kasan mengaku tak ingin melewati euforia supercycle tanpa mempersiapkan diri masuk ke sektor yang memiliki nilai tambah.

Pada April lalu, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi sudah mewanti-wanti bahwa RI bakal memasuki periode supercycle atau saat beberapa komoditas bakal naik signifikan.

Periode supercycle terjadi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi pasca pandemi covid-19, permintaan pun diprediksi meningkat yang notabene membuat harga komoditas naik.

“Indonesia akan memasuki periode supercycle, di mana harga beberapa komoditas akan naik secara signifikan, terutama komoditas dasar, diakibatkan pertumbuhan ekonomi baru dari permintaan yang terjadi di masa pandemi dan setelah pandemi,” jelasnya seperti dikutip dari rilis, Kamis (8/4).

Menurut Lutfi, beberapa komoditas yang harganya naik dalam periode supercycle tersebut adalah minyak bumi, gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), bijih besi, dan tembaga.

Kendati demikian, Lutfi optimistis periode supercycle kali ini akan mendatangkan dampak positif bagi perekonomian Indonesia.

“Ini bukan kali pertama Indonesia menghadapi periode supercycle. Beberapa tahun lalu, Indonesia telah mengalami dan seperti periode sebelumnya, periode supercycle kali ini pun diharapkan juga akan membawa keberuntungan dan dampak positif bagi perekonomian Indonesia,” jelasnya.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>