Connect with us

Berita

Saat Pelaksanaan PTM Terbatas, Guru Diminta Tidak Bebani Psikologis Anak

AKTUALITAS.ID – Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen Pauddasmen), Kemendikbudrsitek, Jumeri mengingatkan para guru agar tidak membebani psikologis anak saat menjalankan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Jumeri menyarankan agar guru tak perlu berusaha mengejar ketertinggalan materi pembelajaran saat awal-awal pelaksanaan pembelajaran di sekolah. “Kita cek dulu secara psikologis, beri […]

Published

pada

AKTUALITAS.ID – Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen Pauddasmen), Kemendikbudrsitek, Jumeri mengingatkan para guru agar tidak membebani psikologis anak saat menjalankan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Jumeri menyarankan agar guru tak perlu berusaha mengejar ketertinggalan materi pembelajaran saat awal-awal pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

“Kita cek dulu secara psikologis, beri motivasi tentang kesehatan. Pastikan anak-anak kita mematuhi protokol kesehatan. Ketika anak-anak di sekolah akan lebih mudah dikontrol karena sehari hanya empat jam dan jumlahnya sedikit,” kata Jumeri dalam keterangan tulis, Sabtu (11/9/2021).

Di awal pembukaan sekolah, Jumeri mengimbau guru untuk membangun karakter dan kesenangan anak akan sekolah. Hal itu demi membangun mental anak agar siap bersekolah kembali.

Jumeri juga mengingatkan agar jangan sampai terjadi diskriminasi pada anak yang masih memilih untuk belajar dari rumah. Baik terkait materi pelajaran atau pun dalam pemberian nilai. Jumeri mengimbau agar materi yang diberikan sesuai dengan kondisi anak.

“Tidak boleh memberi soal yang sama pada siswa tatap muka dan PJJ, karena pemahamannya pasti berbeda. Berikan evaluasi sesuai kondisi anak, ini penting agar anak-anak kita tidak merasa takut,” jelasnya.

Kepala sekolah juga diimbau untuk mengatur pembelajaran di sekolah dengan baik. Saat PTM terbatas berlangsung, kata dia, siswa cukup diberikan materi-materi yang esensial. Apalagi, lanjutnya sebagian besar waktu belajar siswa adalah di rumah.

“Karena seminggu hanya dua hari, empat harinya di rumah. Dan kepada anak yang belum bisa ke sekolah, jangan berkecil hati,” tandas Jumeri.

Trending

Exit mobile version