Soal Polisi Bersenjata Wara-wiri, Mabes Tunggu Laporan Warga Wadas


Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Argo Yuwono

AKTUALITAS.ID – Mabes Polri menyatakan bakal menunggu masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempa Dewa) mengadukan secara resmi keluhannya terkait penerjunan aparat dari jajaran Polres Purworejo, Jawa Tengah yang kian intens.

Sebelumnya, kelompok masyarakat di Desa Wadas, Bener, Purworejo menyatakan  merasa terintimidasi atas kedatangan aparat beratribut lengkap dengan senjata laras panjang dan rompi anti peluru yang melakukan patroli di wilayah tersebut beberapa hari terakhir.

“Sudah kirim suratkah? Kita tunggu saja suratnya bagaimana,” kata Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Argo Yuwono saat dihubungi, Jumat (5/11/2021).

Ia belum dapat berkomentar lebih lanjut mengenai proses yang akan dilakukan untuk mendalami keluhan warga tersebut lantaran pelaporan belum diterima pihaknya .

Selain itu, Argo menerangkan bahwa pihak Polda Jawa Tengah sudah pun sempat memberikan penjelasan mengenai kehadiran aparat berseragam lengkap itu di wilayah Purworejo.

“Sudah disampaikan oleh Kabid Humas Jateng. Silahkan ke Kabid Humas Jateng untuk lebih jelasnya,” tambah Argo.

Dalam penjelasan Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Iqbal Alqudussy yang diberikan Argo, polisi menyatakan telah mengetahui dan memahami situasi di Desa Wadas. Menurutnya, aspirasi tersebut dapat disalurkan melalui kanal-kanal resmi yang dimiliki oleh kepolisian.

“Bisa lewat bhabinkamtibmas atau babinsa yang ada di wadas. Atau apabila terkait perilaku anggota bisa dilaporkan ke Propam Polda Jateng. Setiap keluhan pasti ditindak lanjuti,” ucap Iqbal dalam keterangannya.

Menurutnya, polisi akan siap memberikan pelayanan dan bersikap terbuka dengan masyarakat. Ia pun menyayangkan kejadian penghadangan Bhabinkamtibmas Wadas, Bripka Pambudi oleh sejumlah warga di sana.

Ia pun meminta agar kejadian seperti tersebut tak terulang. Menurutnya, warga perlu menyampaikan fakta kejadian dengan benar sehingga tak menjadi keonaran.

“Ada enam desa yang diampu Pambudi selaku Bhabinkamtibmas termasuk desa Wadas. Kebetulan saat itu, sesuai jadwal dia sambang ke desa binaanya tersebut. Niat baik Polri adalah masyarakat merasa aman dan terayomi,” jelas Iqbal dalam keterangan itu.

“Cek dan ricek dulu sebelum mem blow up kabar yang belum tentu kebenarannya. Ada aturan UU ITE yang mengaturnya,” tambahnya.

Sebagai informasi, kelompok Gempa Dewa menilai bahwa kehadiran aparat bersenjata lengkap itu sebagai upaya intimidasi dan teror terhadap warga setempat. Kegiatan itu, kata dia, telah berlangsung sejak 22 September 2021.

Perwakilan warga Wadas yang tergabung di Kawula Muda Desa Wadas (Kamudewa), Arafah menyebut kedatangan para aparat ke desanya malah justru kian intens pasca pihaknya mengadukan ke organisasi WALHI Yogyakarta pada 23 September lalu. Beberapa momen, menurutnya, ada yang tak sempat terdokumentasi.

Arafah berujar, terhitung ada sekitar 10-12 aparat yang dikerahkan dalam setiap giatnya. Biasanya, menurut dia, mereka mendatangi rumah warga atau berjaga di desa sekitar yang berbatasan langsung dengan Wadas.

Kuasa hukum warga Wadas, Julian Dwi Prasetya mengatakan bahwa kehadiran aparat justru membangkitkan trauma, terutama ibu-ibu dan anak-anak akan kenangan tindak kekerasan dan penangkapan terhadap warga Wadas 23 April 2021 lalu.

Kala itu kericuhan pecah di tengah rencana pemasangan patok untuk keperluan penambangan batuan andesit di desa tersebut. Aktivitas penambangan termasuk satu kesatuan dengan Proyek Strategis Nasional (PSN) pembangunan Bendungan Bener.

“Tindakan tanggal 23 April itu kami laporkan juga, mengirim surat keberatan ke Kapolri. Tetapi kami nggak tahu update-nya seperti apa kepada kami, kepada masyarakat Desa Wadas juga,” ujar Julian.

Mereka pun berencana untuk mengadukan hal tersebut ke Mabes Polri. Namun demikian, dalam pernyataannya Julian merasa pesimistis aduan tersebut akan ditindaklanjuti.

“Jangan-jangan ketika kita laporan ke Mabes Polri ini akan tidak ditindaklanjuti juga. Potensi pemikiran itu pasti terjadi karena pernah kita melakukan pelaporan tapi tidak ditanggapi. Tentu potensi ketidakpercayaan kepada polisi timbul lagi. Kita lihat respons dari Mabes Polri,” katanya.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>