Dengan Teknologi Pengenal Wajah, Korea Selatan Bakal Lacak Kasus Covid-19


Ilustrasi, Para pejalan kaki di Shibuya, Tokyo, Jepang, pada 26 Maret 2020 mengenakan masker untuk mencegah penyebaran virus corona jens Covid-19./Bloomberg - Kiyoshi Ota

Korea Selatan akan segera meluncurkan proyek pertama menggunakan kecerdasan buatan, tekonologi pengenal wajah, dan ribuan kamera pemantau untuk melacak pergerakan warga yang terpapar virus corona, meski kebijakan ini dinilai akan mengganggu privasi individu.

Seorang pejabat pemerintah mengatakan proyek yang didanai APBN ini akan dilakukan di Bucheon, salah satu kota terpadat di Korsel yang terletak di luar Ibu Kota Seoul. Kebijakan ini akan mulai dijalankan pada Januari mendatang.

Dilansir dari laman South China Morning Post, Senin (13/12), pemantauan ini akan menggunakan sistem alogoritma kecerdasan buatan dan teknologi pengenalan wajah untuk menganalisis rekaman video dari sekitar 10.820 kamera pemantau (CCTV) dan melacak pergerakan warga, siapa yang pernah berkontak dalam jarak dekat, dan apakah mereka memakai masker. Demikin menurut keterangan dari rencana bisnis setebal 110 halaman yang diajukan ke Kementerian Sains dan Teknologi Informasi dan Komunikasi).

Sejumlah pemerintah di berbagai negara kini mencoba beralih ke teknologi dan aturan hukum untuk meredam naiknya kasus Covid-19. China, Rusia, India, Polandia, dan Jepang serta sejumlah negara bagian di Amerika Serikat kini sudah menerapkan teknologi pengenal wajah untuk melacak pasien Covid-19, menurut laporan dari Columbia Law Scholl di New York Maret lalu.

Pejabat Bucheon mengatakan sistem ini akan mengurangi beban kerja tim penelusuran kontak di kota dengan lebih dari 800.000 penduduk ini. Sistem ini juga akan membantu kerja tim penelusuran kontak dengan lebih efisien dan akurat.

Korsel selama ini sudah memiliki teknologi tinggi untuk melacak penelusuran kontak seperti melalui catatan kartu kredit, lokasi ponsel dan video kamera pemantau selain informasi personal lainnya.

Namun Korsel juga masih mengandalkan tim epidemiologis yang bekerja 24 jam bergantian untuk melacak kontak pasien Covid-19.

“Terkadang butuh berjam-jam untuk menganalisis sebuah video CCTV. Dengan teknologi pengenal wajah bisa menganalisis secara instan,” kata Wali Kota Bucheon Jang Deog-cheon di Twitternya.

Sistem ini juga bisa mengatasi fakta bahwa tim penelusuran kontak kadang harus menghadapi ketidakjujuran pasien Covid-19 tentang aktivitas dan pergerakan mereka.


Kementerian Sains dan Tekonologi menuturkan mereka belum ada rencana memperluas proyek ini ke tingkat nasional.
Sistem Bucheon ini bisa sekaligus melacak hingga 10 orang dalam waktu lima hingga 10 menit. Pekerjaan manual sebelumnya baru bisa rampung sekitar 30 menit hingga 1 jam untuk melacak satu pasien.

Namun di sisi lain anggota parlemen Korsel memperingatkan sistem semacam ini bisa digunakan pemerintah untuk mengumpulkan data di luar keperluan pandemi.

“Rencana pemerintah untuk menjadi Bung Besar dengan dalih Covid adalah ide totalitarian,” kata Park Dae-chul, anggota parlemen dari partai oposisi Partai Kekuatan Rakyat.

“Sungguh tidak dibenarkan mengawasi publik lewat CCTV yang didanai dari pajak rakyat dan tanpa persetujuan dari publik,” kata Park.
Pejabat Bucheon mengatakan tidak ada isu privasi dalam hal ini karena sistem itu memperlihatkan wajah mosaik bagi orang yang bukan subjek untuk dilacak.

“Tidak ada masalah privasi yang dilanggar di sini karena sistem ini melacak pasien positif berdasarkan undang-undang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular. Para pelacak mematuhi aturan itu jadi tidak ada risiko data bocor atau melanggar privasi,” kata dia.
Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (KDCA) mengatakan penggunaan teknologi ini sudah sesuai hukum selama masih digunakan sesuai koridor undang-undang pencegahan dan pengendalian penyakit.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>