Berita
Penjelasan Mengapa Imam Sholat tak Harus yang Suaranya Merdu
Dalam syariat Islam, terdapat syarat tertentu yang membolehkan orang menjadi imam sholat, salah satunya adalah yang bacaan Alqurannya fasih dan suaranya merdu. Namun demikian, memilih imam sholat juga tidak harus yang suaranya merdu. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “ya-ummul-qauma aqra-uhum likitabillahi fa in kaanuu fil-qiraa-ati sawaa-an fa a’lamuhum bissunnati. Fa in kaanu fi as-sunnati […]
Dalam syariat Islam, terdapat syarat tertentu yang membolehkan orang menjadi imam sholat, salah satunya adalah yang bacaan Alqurannya fasih dan suaranya merdu. Namun demikian, memilih imam sholat juga tidak harus yang suaranya merdu.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “ya-ummul-qauma aqra-uhum likitabillahi fa in kaanuu fil-qiraa-ati sawaa-an fa a’lamuhum bissunnati. Fa in kaanu fi as-sunnati sawaa-an fa aqdamuhum hijratan fa in kaanu fil-hijrati sawaa-an fa aqdamuhum silman,”.
Yang artinya, “Yang mengimami sholat berjamaah adalah orang yang paling aqra di antara mereka terhadap Kitab Allah SWT. Apabila mereka sama dalam membaca Alquran, maka yang mengimami adalah orang yang paling tahu tentang sunnah. Apabila pengetahuan mereka sama tentang sunnah, maka yang menjadi imam adalah orang yang paling dahulu hijrahnya. Apabila hijrah mereka bersama-sama, maka orang yang menjadi imam adalah yang paling dulu menjadi Muslim,”.
KH Ali Mustafa Yaqub dalam buku Imam Perempuan menjelaskan secara kebahasaan kata aqra itu dapat berarti yang paling bagus bacaannya, yang paling banyak bacaannya, yang paling dulu dalam belajar membaca Alquran, dan lain-lain. Dalam sebuah hadits, Nabi bersabda, “Wal ya-ummukum aktsarukum Qur-anan,”. Yang artinya, “Dan orang yang paling banyak hafalan Alqurannya hendaknya menjadi imam untuk kalian,”.
Kiai Ali menjelaskan para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan kata aqra. Ada ulama yang menafsirkan aqra adalah orang yang paling alim tentang Alquran. Ada juga yang menafsirkan aqra adalah orang yang paling alim tentang agama Islam.
Sementara Imam Nawawi menafsirkan sebagai aura, yakni orang yang paling wara. Orang wara adalah orang yang paling ketat menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan syubhat dan haram.
Penafsiran Imam Nawawi nampaknya didukung oleh apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Ketika Nabi sakit dan tidak dapat mengimami sholat, beliau menunjuk Sayyidina Abu Bakar untuk menjadi imam. Nabi tidak menunjuk orang lain yang suaranya merdu dan bacaannya bagus, seperti Abu Musa Al-Asy’ari, Ubay bin Ka’ab, dan lainnya.
-
RIAU05/12/2025 17:00 WIBPolda Riau Kirim Bantuan Gelombang Keempat untuk Penanganan Bencana di Sumatera, 3.459 Alat Kerja dikirim ke Aceh dan Sumbar
-
NASIONAL05/12/2025 11:00 WIBKalla Siap Layani Gugatan Baru GMTD di Kasus Sengketa Lahan
-
NUSANTARA05/12/2025 07:30 WIBTerungkap Motif Komplotan Begal Remaja di Indramayu
-
JABODETABEK05/12/2025 10:30 WIBHingga Kamis Malam Sejumlah Lokasi di Jakarta Utara Masih Terendam Banjir Rob
-
JABODETABEK05/12/2025 07:00 WIBDitlantas Polda Metro Jaya Siapkan Layanan SIM Keliling di Lima Lokasi Jakarta
-
POLITIK05/12/2025 09:00 WIBImbas Bencana di Sumatera Komisi IV DPR Bentuk Panja Alih Fungsi Lahan
-
JABODETABEK05/12/2025 05:30 WIBWapadai Hujan Lebat di Bogor dan Hujan Ringan di Jakarta
-
DUNIA05/12/2025 06:30 WIBPantau Pergerakan Kapal Selam Rusia, Inggris dan Norwegia Bentuk Armada Gabungan

















