Jika Diserbu Rusia, Jerman Tegaskan Bakal Bela Ukraina


Kanselir Jerman Olaf Scholz (AP PHOTO/MARKUS SCHREIBER)

Kanselir Jerman, Olaf Scholz, menegaskan siap membela Ukraina jika Rusia menyerbu negara tersebut.

Pernyataan itu muncul saat Scholz mendapat pertanyaan soal keseriusan pemerintah Jerman untuk menghentikan proses membuka Nord Stream 2 di tengah konflik antara Rusia dan Ukraina. Di pekan sebelumnya, mereka mengisyaratkan akan menghentikan proyek itu.

Nord Stream 2 merupakan jaringan pipa gas yang memungkinkan Jerman secara efektif menggandakan impor gas dari Rusia

“Kami siap mengambil langkah bersama sekutu kami, semua langkah-langkah yang diperlukan. Kami punya kesepakatan yang sangat jelas dengan Amerika Serikat soal transit gas dan kedaulatan energi di Eropa,” kata Scholz menjawab pertanyaan itu, dikutip TASS, Minggu (6/2).

Scholz kemudian berujar, “Kami juga sepakat, kami akan mendukung Ukraina. Sangat jelas bahwa dalam situasi seperti ini semua opsi ada di atas meja.”

Pemimpin Jerman itu tak memberi rincian lebih lanjut. Ia hanya mengatakan Berlin akan mendukung secara tegas Amerika dan Cs-nya.

“Kami bekerja sangat keras dengan sekutu kami di NATO dan Uni Eropa untuk memperjelas apa yang bisa kami lakukan di situasi spesifik ini,” kata dia lagi.

Scholz juga menegaskan bahwa Jerman tetap mengambil pendekatan selain rencana intervensi membela Ukraina secara militer.

Menurut Scholz, hal itu penting untuk memberi pesan kuat bahwa perang akan menghabiskan banyak biaya.

“Itu akan menjadi harga yang terlalu tinggi untuk turut campur tangan di Ukraina,” lanjut dia.

Scholz tetap mengupayakan konflik itu reda melalui jalur-jalur diplomasi dengan pihak terkait seperti Amerika Serikat, NATO, dan Rusia.

Scholz akan mengunjungi Amerika Serikat untuk bertemu Presiden Joe Biden, hari ini, Senin (7/2).

Sikap Jerman atas Ukraina dinilai kurang tegas dan posisi mereka masih abu-abu. Tempo hari, bahkan, Wali Kota Kiev mengejek Berlin yang hanya mengirim 5 ribu helm saat negara lain mengirim senjata.

Pengiriman senjata dari negara Barat untuk membantu Ukraina melawan pasukan militer Rusia, jika suatu waktu mereka melancarkan serangan.

Konflik di Ukraina memanas usai Rusia disebut mengerahkan 100 ribu pasukan ke perbatasan negara itu. Amerika Serikat lalu menuding Moskow akan melakukan invasi ke Kiev.

Rusia membantah tuduhan itu. Mereka balik menuding NATO harus bertanggung jawab atas konflik yang terjadi. Sebab, Moskow menilai blok Atlantik Utara terus mengerahkan pasukan di wilayah perbatasan.

Di satu sisi, Rusia juga khawatir Ukraina akan gabung bersama NATO, sehingga memperkuat posisi mereka.

“Coba bayangkan Ukraina merupakan anggota NATO dan memulai operasi militer ini. Apakah kami harus berperang dengan blok NATO? Apakah ada orang yang memikirkan hal ini? Sepertinya tidak,” ujar Presiden Rusia, Vladimir Putin, seperti dikutip Reuters.

Putin juga mengatakan Amerika Serikat sengaja memanfaatkan Ukraina demi mengendalikan Rusia.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>