Connect with us

Oase

Mengapa Nabi Muhammad SAW Tidak Boleh Digambar: Penjelasan dan Alasan

Published

pada

AKTUALITAS.ID – Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang membawa wahyu untuk seluruh alam semesta. Kesalehan Nabi Muhammad, baik dalam perilaku, perkataan, maupun kebiasaannya, menjadi salah satu sumber hukum dalam syariat Islam.

Namun, dalam Islam, menggambar atau memvisualisasikan Nabi Muhammad adalah hal yang dilarang. Larangan ini memiliki beberapa alasan yang didasarkan pada prinsip-prinsip agama dan kekhawatiran akan dampak negatifnya.

Menghormati Kesucian Nabi Muhammad

Rasulullah adalah Nabi dan Rasul terbaik yang diutus Allah. KH. Muhammad Nur Hayid, atau yang dikenal sebagai Gus Hayid, menegaskan bahwa tidak ada manusia yang mampu menggambarkan sosok Rasulullah dalam bentuk apapun. Menggambar atau melukis Rasulullah dapat dianggap sebagai pelecehan dan penghinaan terhadap kemuliaan beliau.

Tidak ada referensi lukisan Nabi Muhammad dari sahabat-sahabat yang hidup bersama beliau. Hal ini menunjukkan bahwa menggambarnya di masa kini merupakan sebuah kebohongan. Berdusta atas nama Rasulullah memiliki konsekuensi berat, seperti yang disebutkan dalam hadis:

“Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka kelak posisinya di neraka.” (HR Ibnu Majah).

Kekhawatiran Akan Menjadi Wasilah atau Perantara Beribadah

Larangan memvisualisasikan Nabi Muhammad juga didasari oleh kekhawatiran bahwa gambar tersebut akan dianggap sebagai wasilah atau perantara dalam beribadah kepada Allah. Di masa lalu, patung-patung orang-orang saleh dijadikan berhala dan disembah oleh kaum Nabi Nuh. Allah memberikan peringatan tentang hal ini dalam Al-Qur’an surah Az-Zumar ayat 3:

“Ketahuilah, hanya untuk Allah agama yang bersih (dari syirik). Orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata,) ‘Kami tidak menyembah mereka, kecuali (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.’ Sesungguhnya Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta lagi sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar: 3).

Kekhawatiran Akan Adanya Pengkultusan

Gambar Nabi Muhammad juga dikhawatirkan dapat menimbulkan potensi pengkultusan atau bahkan penyembahan, mengingat betapa sempurnanya sosok beliau. Ibn al-Qayyim menyebutkan bahwa Rasulullah adalah makhluk yang paling indah rupa dan suaranya, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Tirmidzi:

“Tidaklah Allah mengutus Nabi, kecuali berwajah tampan, dan suaranya bagus. Dan Nabi kalian SAW adalah orang yang paling tampan wajahnya dan paling indah suaranya.”

Untuk menghindari pengkultusan tersebut, Gus Hayid menekankan bahwa mengenal sosok Rasulullah cukup melalui keterangan dalam Al-Qur’an dan hadis. Jika Rasulullah memang boleh digambar, tentu sudah banyak orang yang hidup di zaman itu yang menggambarnya sejak dulu. Namun, Nabi Muhammad sendiri melarang umatnya untuk menyanjungnya secara berlebihan, seperti disebutkan dalam hadis:

“Janganlah kalian menyanjungku berlebihan sebagaimana orang-orang Nasrani menyanjung Putera Maryam, karena aku hanya hamba-Nya dan Rasul utusan-Nya.” (HR Ahmad dan Al-Bukhari).

Dengan demikian, larangan menggambar Nabi Muhammad SAW didasarkan pada upaya menjaga kesucian dan kehormatan beliau, menghindari potensi kemudharatan seperti pelecehan dan penghinaan, serta mencegah pengkultusan yang dapat menyimpang dari ajaran Islam. Oleh karena itu, umat Islam diajarkan untuk mengenal dan menghormati Nabi Muhammad melalui ajaran-ajaran Al-Qur’an dan hadis tanpa perlu memvisualisasikannya. (YAN KUSUMA/RAFI)

Trending

Exit mobile version