Connect with us

POLITIK

Prabowo-Mega Kapan Ketemu? Pengamat Sebut Hanya ‘Gimmick’ Politik Demi Jaga Keseimbangan!

Aktualitas.id -

Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. (Dok: Tim Media PDIP)

AKTUALITAS.ID – Wacana pertemuan antara Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri kembali menjadi perbincangan hangat. Namun, seorang pengamat politik justru menilai rencana pertemuan yang terus diulang-ulang ini sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan politik antara Prabowo, Presiden Joko Widodo (Jokowi), dan Megawati, bukan semata-mata untuk kepentingan publik.

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, M Jamiluddin Ritonga, berpendapat bahwa wacana pertemuan yang seringkali batal ini sudah kehilangan daya tariknya di mata publik.

“Ada kesan, wacana pertemuan itu sengaja dipelihara hanya untuk menjaga keseimbangan politik Prabowo kepada Jokowi dan Megawati, bukan untuk publik,” kata Jamiluddin dalam keterangan tertulisnya, Kamis (3/4/2025).

Menurut Jamiluddin, seringnya wacana ini muncul namun tak kunjung terealisasi membuat sebagian besar masyarakat sudah tidak lagi tertarik. Mereka menilai pertemuan antara dua tokoh politik besar ini tidak akan membawa manfaat langsung bagi kehidupan mereka.

“Karena itu, wacana pertemuan tersebut sudah dinilai dingin oleh banyak pihak,” ucapnya. “Bagi publik, bertemu atau tidak dua tokoh nasional hanya urusan para elite. Tidak ada keuntungan politik dan ekonomi yang diperoleh publik,” imbuhnya.

Di sisi lain, Ketua DPP PDIP Puan Maharani sebelumnya menyatakan bahwa pertemuan antara Megawati dan Prabowo akan dipercepat dan direncanakan setelah libur Lebaran 2025.

“Jadi setelah lebaran ini setelah libur lebaran pasti ada pertemuan secepatnya,” ujar Puan di Jakarta, Rabu (2/4/2025).

Meskipun Puan memberikan sinyal positif terkait waktu pertemuan, pandangan pengamat menunjukkan adanya keraguan akan substansi dan tujuan sebenarnya dari pertemuan tersebut. Apakah pertemuan ini benar-benar ditujukan untuk rekonsiliasi politik yang mendalam, atau sekadar menjadi alat untuk menjaga konstelasi kekuasaan yang ada? Publik pun kini menunggu realisasi dari wacana yang telah berulang kali mencuat ini. (Mun/Ari Wibowo)

TRENDING

Exit mobile version