Debat Ma’ruf dan Sandi Diprediksi Jadi Perhatian Publik


AKTUALITAS.ID – Analis komunikasi politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Gun Gun Heryanto memprediksi debat calon wakil presiden (cawapres), Minggu (17/3/2019) besok jadi perhatian khalayak masyarakat. Publik ingin mengetahui bagaimana kemampuan Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uni.

“Meski waktu debat pertama sudah bertemu tetapi peran dan fungsinya belum benar-benar optimal kemudian rasa ingin tahu memantik atensi perhatian khalayak pada momen debat ketiga,” ujarnya saat berbicara di talkshow bertema ‘Panggung Canggung Cawapres’, di Jakarta, Sabtu (16/3/2019).

Apalagi, dia menambahkan, tema yang diusung salam debat besok merupakan topik yang sangat populis atau menjadi perhatian publik yaitu kesejahteraan, pendidikan, kemudian sosial, budaya. Artinya, dia melanjutkan, tema debat besok adalah isu-isu yang menjadi kebutuhan strategis harian masyarakat.

Ia optimistis jika debat putaran pertama dan kedua dilihat hampir 80 juta orang maka ia memperkirakan debat besok akan mendapat perhatian yang tidak jauh berbeda.

Oleh karena itu, dia menambahkan, perpaduan antara data dan argumentasi saja tidak cukup. Menurutnya dibutuhkan juga sentuhan psikologis yang harus dibangun untuk menunjukkan cawapres punya komitmen dan itu terbaca dari narasi yang kemudian disampaikan. Baik itu narasi verbal maupun narasi non-verbal seperti gesture dengan mendukung narasi yang mereka sampaikan.

Selain itu ia juga menyoroti manajemen forum debat esok. Menurutnya, di debat pertama yang diikuti Ma’ruf dan Sandiaga belum terlalu menonjol karena perhatian publik ke calon presidennya.

Nah debat ketiga yang merupakan debat cawapres dan mereka saling berhadapan maka penting untuk membangun adanya paket capres cawapres karena cawapres kerap tidak terperhatikan,” ujarnya.

Di kesempatan itu ia juga menyampaikan kekhawatiran di debat ketiga akan terjadi hambatan psikologis terutama di kedua belah pihak. Ia mengungkap Ma’ruf adalah tokoh senior repsresentasi tokoh kiai. Kemudian masuk ke dunia politik dan predikat ‘kiai’ tidak bisa dilepaskan dan menjadi role model.

“Kiai menjadi representasi akhlakul karimah. Nah ini bisa jadi hambatan psikologis karena orang kan ingin melihat etik bagaimana mengartikulasikan pesan yang tidak menyakiti dan tidak berlebihan,” ujarnya.

Sedangkan pihak Sandiaga, ia menambahkan, diprediksi mengalami hambatan psikologid relasi kekuasaan Ma’ruf. Sebab, dia menambahkan, bagaimanapun Ma’ruf adalah tokoh senior dan Sandiaga merupakan sosok muda yang pasti tahu kalau berbuat tidak sopan pada mantan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut maka itu dilihat publik. [Republika]

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>