Connect with us

Berita

Lindungi Privasi Pengguna, Facebook Uji Fitur Keamanan Baru di Messenger

Facebook kabarnya tengah bereksperimen dengan fitur baru untuk aplikasi Messenger di perangkat iOS, yang bertujuan menambah perlindungan terhadap privasi pengguna dengan autentikasi Touch ID, Face ID atau kode sandi, sebelum mengakses percakapan. Saat diaktifkan, fitur ekperimental itu akan meminta autentikasi sebelum memberikan akses ke obrolan Messenger dan akan menggunakan metode autentikasi yang sama yang saat […]

Published

on

Facebook kabarnya tengah bereksperimen dengan fitur baru untuk aplikasi Messenger di perangkat iOS, yang bertujuan menambah perlindungan terhadap privasi pengguna dengan autentikasi Touch ID, Face ID atau kode sandi, sebelum mengakses percakapan.

Saat diaktifkan, fitur ekperimental itu akan meminta autentikasi sebelum memberikan akses ke obrolan Messenger dan akan menggunakan metode autentikasi yang sama yang saat ini digunakan untuk membuka kunci ponsel itu sendiri.

App Lock, demikian sebutannya, juga memungkinkan pengguna untuk mengatur kapan Face ID dibutuhkan, dengan opsi 1 menit, 15 menit hingga 1 jam.

“Kami ingin memberi orang lebih banyak pilihan dan kontrol untuk melindungi pesan pribadi mereka, dan baru-baru ini, kami mulai menguji fitur yang memungkinkan Anda membuka kunci aplikasi Messenger menggunakan pengaturan perangkat Anda. Ini merupakan lapisan privasi tambahan untuk mencegah orang lain mengakses pesan Anda,” ujar juru bicara Facebook kepada Engadget.

Fitur keamanan App Lock Facebook Messenger saat ini sedang diuji coba pada beberapa pengguna iOS, yang kemungkinan akan tersedia di semua platform nantinya, jika mendapat respons positif.

Baru-baru ini, Facebook didenda oleh lembaga penegak hukum Kanada, Canada’s Competition Bureau (CCB), sebesar US$6,5 juta. Menurut CCB, Facebook telah membagikan data pribadi pengguna kepada pengembang pihak ketiga. Facebook telah membantah tuduhan tersebut, namun setuju untuk membayar denda.

Sebelumnya, Facebook juga didenda oleh AS, Inggris, Australia dan sejumlah negara lainnya atas kasus Cambridge Analytica, di mana data pribadi 87 juta pengguna diambil oleh perusahaan analitik melalui survei online.

Continue Reading

Trending

Exit mobile version