Diduga Rekrut Mata-mata, Yayasan Putra Mahkota Saudi Diaudit


Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman Foto: The Telegraph

Pemerintah Arab Saudi telah memerintahkan untuk mengaudit badan amal Misk milik Putra Mahkota, Pangeran Mohammed Bin Salman, menyusul keterlibatannya dalam serangkaian skandal.

Menurut surat kabar Financial Times yang bermarkas di Inggris, seorang sumber yang merupakan pejabat Saudi mengatakan bahwa Misk sedang ditinjau, setelah Kementerian Hukum Amerika Serikat mengindikasikan yayasan itu terlibat dalam kegiatan rahasia.

Kegiatan yang dimaksud termasuk spionase atas nama Putra Mahkota yang secara aktif merekrut agen di AS melalui lembaga itu.

Melansir Middle East Monitor, Kamis (10/9), meskipun Kementerian Hukum AS tidak menyebutkan nama Misk dan mantan Sekretaris Jenderal Misk, Bader Al-Asaker, tapi usulan itu mengisyaratkan keterlibatan mereka dengan merujuk pada “Organisasi Nomor 1” yang didirikan kerajaan Saudi dan dijalankan oleh “Pejabat Asing-1”. Itu bertepatan ketika Misk dan Al-Asaker menjadi tergugat dalam sebuah perkara hukum Agustus lalu.

Gugatan tersebut menuduh mantan karyawan Twitter memata-matai Arab Saudi pada 2014 dan 2015, serta telah melakukan kontak dengan Pejabat Asing-1. Pejabat itu disebut menawarkan “hadiah, pembayaran tunai, dan janji pekerjaan di masa depan dengan imbalan informasi non-publik tentang pengguna Twitter”.

Informasi tersebut dimaksudkan agar digunakan untuk memantau dan melacak para pembangkang sekaligus pengkritik Saudi, serta untuk memburu mantan Kepala Intelijen Saudi, Saad Al-Jabri, yang sembunyi di Kanada.

Menurut pejabat Saudi yang tidak disebutkan namanya, tuduhan terhadap Misk akan membuat Pangeran Mohammed Bin Salman geram.

Gugatan terhadap Al-Asaker diajukan oleh Al-Jabri, pada November lalu. Dia menyatakan organisasi yang dijalankan oleh Putra Mahkota Saudi telah terlibat dalam merekrut mata-mata di perusahaan raksasa media sosial Twitter.

Saat ini, Al-Jabri kabur ke Kanada dan dilaporkan sempat menjadi target upaya pembunuhan intelijen Saudi pada 2018, tetapi gagal dilakukan.

Gugatan oleh Al-Jabri menegaskan bahwa organisasi dan pejabat yang dimaksud cocok dengan deskripsi Misk dan Al-Asaker. Dia juga menuduh bahwa keduanya bersekongkol dengan Putra Mahkota untuk “secara diam-diam merekrut individu supaya menjadi agen dan berpartisipasi dalam perburuan” Al-Jabri.

Menurut gugatan tersebut, mereka yang direkrut ditawari pekerjaan di Misk sebagai “hadiah”, bersama dengan suap lainnya.

Kecurigaan tentang peran Misk muncul pada 2017. Saat itu, beberapa karyawan Misk dilaporkan bertanya kepada anak Al-Jabri perihal detail kontak orang tuanya dan informasi lain tentang tempat tinggalnya di AS.

Insiden itu bertepatan ketika Putra Mahkota mengirim pesan ancaman kepada Al-Jabri setelah dia melarikan diri dari kerajaan. Pesan itu diduga untuk membuat Mantan Kepala Intelijen itu kembali ke kerajaan.

Misk adalah sebuah badan amal yang didirikan oleh Bin Salman “untuk menumbuhkan dan mendorong pembelajaran dan kepemimpinan pada kaum muda untuk masa depan yang lebih baik di Arab Saudi”.

Selama bertahun-tahun, Misk berhasil menjalin kemitraan dengan organisasi terkemuka seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Gates Foundation, Bloomberg, Universitas Harvard, dan General Electric.

Menyusul insiden pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018 beserta skandal lainnya, Gates Foundation dan Universitas Harvard mengakhiri kerja sama mereka dengan Misk.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>