Pemerintahan Sarat Korupsi, Warga Mesir Demo Tuntut Mudur Presiden Al Sisi


Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi. (Foto: AFP)

Penduduk di sejumlah daerah di Mesir dilaporkan sudah empat hari berturut-turut melakukan demonstrasi mengecam pemerintahan Presiden Abdel Fattah al Sisi yang dinilai sarat korupsi.

Melansir Middle East Monitor, Jumat (25/9), protes membesar karena adanya seruan dari pengusaha Mesir yang saat ini mengasingkan diri ke Spanyol, Mohamed Ali, supaya penduduk turun ke jalan. Para warga terdengar meneriakan berbagai cacian kepada Sisi.

Beberapa slogan demonstran menyebut Sisi adalah musuh Tuhan.

Ungkapan itu terdengar dari para demonstran di Minya Al-Hayit, Kegubernuran Fayoum.

“Tidak ada Tuhan selain Tuhan… Sisi adalah musuh Tuhan,” kata para demonstran saat berunjuk rasa.

Unjuk rasa lantas merebak di Shubra Al-Khaimah di Provinsi Qalyubia, Warraq dan Al-Ayyat di Provinsi Giza, Dar Al-Salam di Provinsi Fayoum.

Demo juga terjadi di kawasan Suez, Kafr El Dawar di delta Sungai Nil, Kairo, Aleksandria, dan Aswan.

Warga Mesir menganggap Sisi kerap mengabaikan masalah Hak Asasi Manusia (HAM), melakukan penyiksaan yang sistematis kepada tahanan politik, melakukan pembunuhan, hingga melakukan penggusuran rumah.

Warga juga mengkritiknya karena penanganan terkait masalah di Libya dan krisis Bendungan Renaisans. Media lokal melaporkan kendaraan patroli aparat keamanan dibakar massa demonstran di distrik Atfih, Giza.

Para pengunjuk rasa juga berkali-kali menyerukan supaya Sisi mundur dari jabatannya. Sementara itu dilaporkan bahwa pasukan keamanan menembaki kerumunan di daerah Kafr Qandil menggunakan gas air mata.

Di desa Al-Atf di Kegubernuran Giza, selatan Kairo, para demonstran lantang mendesak Sisi segera mundur dari jabatannya.

“Tinggalkan dan biarkan negara kita melihat cahaya,” kata demonstran.

Ali menuduh Sisi dan para pejabat di sekelilingnya memperkaya diri dengan mengkorupsi uang negara, sementara rakyat Mesir semakin melarat.

Demonstrasi juga terjadi di di Al-Atf di Giza dan untuk pertama kalinya terjadi di kota Kerdasa dan di Qusiya, Asyut.

Protes pada hari itu bertepatan dengan peringatan setahun aksi demo yang terjadi pada 20 September 2019, yang juga diserukan oleh Ali.

Sebagian besar demonstrasi terjadi di daerah pedesaan dan kota-kota kecil di Mesir. Kehadiran aparat keamanan di alun-alun pusat di Kairo menyulitkan untuk menggelar aksi protes di sana.

Ali mengatakan bahwa protes telah membantu mendobrak batasan ketakutan yang dirasakan oleh rakyat biasa Mesir, dan merupakan awal dari perjalanan untuk menggulingkan rezim.

Pengguna media sosial meminta para pengunjuk rasa untuk tetap berada di jalan dan terus memprotes sampai Al-Sisi digulingkan. Mereka meminta mereka untuk bergerak menuju ibu kota, ke lapangan yang telah ditutup oleh polisi.

Polisi dilaporkan melakukan tindakan pengamanan intensif di ibu kota Kairo dan Giza, serta menggunakan gas air mata untuk menghadapi para pengunjuk rasa di beberapa daerah.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>